Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (foto: Kemenkeu)
JAKARTA,DDTCNews – Realisasi penerimaan perpajakan hingga akhir Juli mencatatkan pertumbuhan sebesar 3,9%, lebih rendah dari posisi akhir Juli 2018 yang tumbuh 14,6%. Realisasi pada tahun ini disebut-sebut menjadi gambaran kondisi perekonomian yang tengah tertekan.
Hal terebut diungkapkan oleh Menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferesnsi pers APBN Kita, Senin (26/8/2019). Pada kesempatan tersebut dia membeberkan angka realisasi penerimaan beberapa komponen pajak dan bea cukai yang tidak sebaik tahun lalu.
“Tiga komponen penerimaan pajak yakni PPh badan, PPN dalam negeri dan PPN impor itu kontribusinya sudah di atas 50% dan ketiganya mengalami tekanan. Hal ini membuat penerimaan kita secara keseluruhan mengalami tekanan,” katanya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyampaikan setoran PPh badan hingga akhir Juli senilai Rp139,1 triliun atau mengalami pertumbuhan 0,9%. Capaian tersebut lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu yang mampu tumbuh hingga 23,3%.
Realisasi penerimaan PPN dalam negeri tercatat senilai Rp143,9 triliun atau tumbuh negatif 4,7%. Padahal, performa per akhir Juli 2018 masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 8,1%. Hal serupa juga terjadi untuk PPN Impor dengan jumlah setoran hingga akhir Juli senilai Rp97,3 triliun. Realisasi itu tumbuh negatif 4,5%. Padahal, per akhir Juli tahun lalu, pertumbuhannya mencapai 27,5%.
Dari sisi bea dan cukai, Sri Mulyani menegaskan ada tekanan nyata yang terlihat pada kinerja bea masuk dan bea keluar. Kedua komponen tersebut mengalami kontraksi pertumbuhan penerimaan dari tahun lalu.
Realisasi penerimaan bea masuk tercatat senilai Rp20,7 triliun atau memenuhi 53,2% dari target tahun ini yang dipatok sebesar Rp38,9 triliun. Realiasasi tersebut terpantau tumbuh negatif 3,4%, setelah pada periode yang sama tahun lalu mampu tumbuh hingga 14,6%.
Sementara untuk bea keluar, realiasi penerimaan hingga akhir Juli 2019 senilai Rp1,8 triliun atau memenuhi 41,8% target dalam APBN senilai Rp4,4 triliun. Capaian setoran bea keluar tersebut tumbuh negatif 52,7%, berbanding terbalik dari performa tahun lalu yang bisa tumbuh 99%.
“Data pajak dan bea cukai itu mengkonfirmasi bahwa kondisi ekonomi riil kita sedang hadapi tekanan dari luar dan juga dari sisi harga komoditas. Hal ini akan terus kami lihat dinamikanya karena memengaruhi penerimaan negara,” imbuhnya. (kaw)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.