KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah Fokus Lakukan Konsolidasi Fiskal, Ternyata Ini Alasannya

Muhamad Wildan | Minggu, 22 Mei 2022 | 18:30 WIB
Pemerintah Fokus Lakukan Konsolidasi Fiskal, Ternyata Ini Alasannya

Ilustrasi.

JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah membeberkan pentingnya pelaksanaan konsolidasi fiskal pada tahun depan melalui penurunan defisit ke level di bawah 3% dari PDB.

Mengutip dari Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2023, pemerintah memandang konsolidasi fiskal perlu dilakukan untuk mengurangi pembiayaan dengan cost of fund yang tinggi.

"Peningkatan cost of fund terjadi akibat terbatasnya likuiditas global seiring percepatan pengetatan moneter global, serta tidak adanya lagi skema burden sharing dengan Bank Indonesia (BI)," tulis pemerintah dalam dokumen tersebut, dikutip pada Minggu (22/5/2022).

Baca Juga:
Catat! Pengkreditan Pajak Masukan yang Ditagih dengan SKP Tak Berubah

Selain itu, dalam perspektif fiskal, konsolidasi fiskal diperlukan untuk mengendalikan kerentanan fiskal yang diukur berdasarkan debt ratio atau rasio utang, interest ratio, dan debt service ratio.

Merujuk pada KEM-PPKF 2023, rasio utang 2021 sudah 40,7%, lebih tinggi dari rata-rata 2016-2019 sebesar 29,5%. Lalu, interest ratio pada 2021 sudah mencapai 17,1% atau lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata 2016 hingga 2019 sebesar 13%.

Sementara itu, debt service ratio 2021 sudah mencapai 44,9% atau lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata 2016 hingga 2019 sebesar 37,1%. Pelebaran defisit secara terus menerus tanpa diimbangi dengan perbaikan kualitas belanja bakal menimbulkan inefisiensi APBN.

Baca Juga:
Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

"Konsolidasi fiskal juga diperlukan untuk menghindari penyempitan ruang fiskal dalam pembiayaan prioritas pembangunan," tulis pemerintah.

Terakhir, konsolidasi fiskal pada 2023 diperlukan untuk melaksanakan mandat UU 2/2020 yang membatasi pelebaran defisit anggaran hingga 2022 saja.

Untuk diketahui, pemerintah mengusulkan defisit anggaran senilai Rp529,2 triliun hingga Rp594,6 triliun atau 2,61% hingga 2,9% dari PDB. Usulan target defisit tersebut lebih rendah dibandingkan dengan tahun ini sejumlah Rp840,2 triliun atau 4,5% dari PDB. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:30 WIB THAILAND

Negara Tetangga Ini Bakal Bebaskan Hutan Mangrove dari Pajak

BERITA PILIHAN
Rabu, 25 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah akan Salurkan KUR Rp300 Triliun Tahun Depan

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:30 WIB PSAK 201

Item-Item dalam Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan PSAK 201

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:37 WIB KURS PAJAK 25 DESEMBER 2024 - 31 DESEMBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra