Ilustrasi.
JAKARTA, DDTCNews - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengajak para pengusaha pada sektor farmasi untuk memanfaatkan berbagai fasilitas perpajakan, termasuk supertax deduction kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang).
Analis Kebijakan Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Wahyu Hidayat mengatakan dengan supertax deduction kegiatan litbang, perusahaan bisa mendapat pengurangan penghasilan bruto hingga 300% dalam penentuan besaran penghasilan kena pajak.
"Kita sudah memiliki superdeduction untuk R&D, di mana fasilitasnya adalah ketika Anda mengeluarkan Rp1 miliar, bisa kemudian dibebankan maksimal 3 kalinya sesuai dengan ketentuan khusus," katanya, dikutip pada Rabu (17/5/2023).
Wahyu mengatakan fasilitas supertax deduction diberikan untuk meningkatkan kegiatan litbang oleh dunia usaha. Fasilitas diberikan kepada wajib pajak badan dalam negeri yang menyelenggarakan litbang sesuai dengan PMK 153/2020.
Sesuai dengan ketentuan dalam PMK 153/2020, wajib pajak yang melakukan kegiatan litbang tertentu dapat memanfaatkan pengurangan penghasilan bruto paling tinggi 300% dari jumlah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan litbang tertentu di Indonesia.
Adapun pengurangan tersebut terdiri atas 100% dari jumlah biaya riil. Kemudian, ada tambahan pengurangan sebesar paling tinggi 200% dari akumulasi biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan litbang dalam jangka waktu tertentu.
Kriteria memperoleh fasilitas ini di antaranya melaksanakan kegiatan litbang dengan tujuan memperoleh penemuan baru, mendasarkan pada konsep atau hipotesis orisinal, memiliki ketidakpastian atas hasil akhirnya, terencana dan memiliki anggaran, serta menciptakan sesuatu yang dapat ditransfer secara bebas atau diperdagangkan.
Terdapat 11 fokus litbang dan 105 tema litbang yang dapat diajukan untuk memperoleh fasilitas supertax deduction, salah satunya adalah fokus farmasi, kosmetik, dan alat kesehatan.
Adapun tema yang termasuk dalam fokus tersebut yakni bahan farmasi, farmasi untuk manusia, obat tradisional, kosmetik, alat kesehatan dan laboratorium, implan tulang dan gigi, industri fitofarmaka, dan industri ekstrak bahan alami.
Wahyu memandang pengusaha farmasi perlu memanfaatkan fasilitas pajak ini agar dapat menghasilkan produk yang dibutuhkan oleh masyarakat. Produksi obat dan alat kesehatan di dalam negeri juga diharapkan mampu mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap produk impor.
"Berdasarkan catatan kami, pada musim pandemi kemarin banyak kemudian perusahaan-perusahaan farmasi apply ini," ujarnya.
Merujuk data Laporan Belanja Perpajakan 2021, terdapat 23 pelaku usaha yang telah mendapatkan fasilitas supertax deduction litbang hingga September 2022. Mereka mengajukan 168 proposal litbang dengan biaya senilai Rp1,29 triliun. (kaw)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.