JAKARTA, DDTCNews - Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat periode April dan Mei 2018 Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan. Bila tidak segera dibenahi maka akan menjadi penahan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi.
Untuk itu, bauran kebijakan antara Bank Indonesia (BI) dan pemerintah bisa menjadi solusi menekan angka defisit neraca perdagangan. Hal itu yang kemudian diamini oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Gubenur BI Perry Warjiyo.
Secara spesifik, Perry menyebutkan dua sektor yang harus jadi perhatian. Kedua sektor itu adalah pariwisata dan industri manufaktur yang berorientasi ekspor.
"Perlu respon kebijakan dalam memperkuat ketahanan ekonomi salah satunya mengelola defisit neraca perdagangan dalam angka yang aman. Sektor pariwisata perlu digarap bersama untuk ciptakan devisa secara cepat," katanya di kantor BI, Jumat (29/6).
Tanpa mengesampingkan peran industri manufaktur dalam komposisi ekspor namun sektor pariwisata menjadi suatu hal yang menjanjikan bila bisa digarap dengan tepat. Perry menyebutkan perlunya perbaikan dalam menggenjot sektor pariwisata di Indonesia.
"Perlu langkah bersama seperti perbaikan iklim usaha, pengembangan infrastruktur dan melakukan promosi bersama terkait pariwisata Indonesia," ungkapnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati perlunya bauran kebijakan moneter dan fiskal untuk menekan defisit. Namun, hal tersebut dilakukan secara gradual agar tidak menggerus cadangan devisa.
Seperti yang diketahui, data BPS pada Mei 2018 menunjukan neraca perdagangan RI defisit sebesar US$1,52 miliar. Angka ini lebih kecil dari defisit bulan April yang menyentuh US$1,63 miliar. (Amu)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.