Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah dalam konferensi pers.
JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah mencatat neraca perdagangan pada Februari 2023 kembali mencatatkan surplus senilai US$5,48 miliar.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah mengatakan surplus neraca perdagangan tersebut terjadi karena ekspor senilai US$21,4 miliar dan impor US$15,92 miliar. Kinerja neraca perdagangan tersebut melanjutkan tren surplus yang terjadi sejak Mei 2020.
"Neraca perdagangan Indonesia sampai dengan Februari 2023 telah membukukan surplus selama 34 bulan berturut-turut sejak Mei 2020 dan masih dalam tren yang meningkat," katanya, Rabu (15/3/2023).
Habibullah mengatakan surplus neraca perdagangan ditopang oleh surplus neraca komoditas nonmigas yang mencapai US$6,7 miliar. Adapun untuk neraca komoditas migas, mengalami defisit senilai US$1,22 miliar.
Dia menjelaskan nilai ekspor Indonesia pada Februari 2023 yang senilai US$21,4 miliar mengalami kenaikan 4,51% secara tahunan. Ekspor nonmigas tercatat senilai US$20,21 miliar atau naik 3,76% jika dibandingkan dengan Februari 2022.
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan hingga Februari 2023 turun 0,26% dibandingkan dengan periode yang sama 2022. Ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan juga turun 1,95%, sedangkan ekspor hasil pertambangan dan lainnya justru naik 58,76%.
Ekspor nonmigas pada Februari 2023 yang terbesar tercatat ke China senilai US$5,04 miliar, disusul Amerika Serikat US$1,91 miliar, dan Jepang US$1,74 dengan kontribusi ketiga negara tersebut sebesar 42,99%.
Di sisi lain, impor Indonesia yang senilai US$15,92 miliar pada Februari 2023 mengalami penurunan 4,32% dibandingkan dengan periode yang sama 2022. Impor migas yang senilai US$2,41 miliar mengalami penurunan 17,08% secara tahunan, sedangkan impor nonmigas tercatat US$13,51 miliar juga turun 1,63%.
Penurunan impor golongan nonmigas utamanya terjadi pada mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya sebesar 15,22%. Sementara itu, peningkatan impor terjadi pada bijih logam, terak, dan abu sebesar 249,87%.
Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar pada Februari 2023 yakni China senilai US$4,04 miliar, Jepang US$1,41 miliar, dan Thailand US$0,9 miliar.
Adapun menurut golongan penggunaan barang, Habibullah menyebut nilai impor barang konsumsi pada Februari 2023 mengalami kenaikan 13,42% secara tahunan, sedangkan bahan baku/penolong turun 8,1%, dan barang modal naik 6,1%.
"Secara month to month, impor barang konsumsi mengalami penurunan sebesar US$232,1 atau 14,54% didorong oleh komoditas jeruk mandarin, apel, dan daging lembu. Bahan baku/penolong mengalami penurunan sebesar 15,09% dan barang modal mengalami penurunan 6,64%," ujarnya.
Menurut penggunaan, impor bahan baku/penolong penyumbang 74,07% dari total impor pada Februari 2023, sementara sisanya berasal dari barang konsumsi dan barang modal. (sap)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.