Muhyiddin Yassin diambil sumpahnya sebagai perdana menteri Malaysia ke-8 di Istana Negara, 1 Maret 2020. (Foto: Jabatan Penerangan Malaysia)
KUALA LUMPUR, DDTCNews—Presiden Partai Pribumi Bersatu Malaysia Muhyiddin Yassin mengambil sumpah jabatannya sebagai Perdana Menteri Malaysia yang ke-8 di hadapan Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah di Istana Negara.
Sumpah jabatan berlangsung di Balai Singgahsana Kecil pada pukul 10.33 pagi. Al-Sultan Abdullah menunjuk Muhyiddin sebagai perdana menteri baru sesuai dengan Pasal 40 (2) (a) dan 43 (2) (a) Konstitusi Federal.
Dr Mahathir Mohamad menjadi perdana menteri sementara setelah mengundurkan diri sebagai perdana menteri ke-7 pada 24 Februari 2020, kemudian mencalonkan diri kembali, tetapi gagal bertemu dengan Raja.
Mahathir Mohamad mengatakan Muhyiddin Yassin bukan orang yang tepat menjabat sebagai perdana menteri Malaysia berdasarkan undang-undang karena tidak mendapatkan mayoritas dukungan anggota parlemen.
Mahathir menyebut keputusan Raja Malaysia menunjuk Muhyiddin sebagai perdana menteri adalah putusan ‘aneh’, mengingat kubunya bersikeras memiliki dukungan yang lebih besar. “Ini adalah situasi yang sangat aneh,” kata Mahathir kepada wartawan di Yayasan Al Bukhary di Kuala Lumpur.
Namun, menurut Muhyiddin, ia telah menerima dukungan dari 114 anggota parlemen. Jumlah 112 adalah jumlah minimum yang diperlukan untuk mayoritas sederhana di Dewan Rakyat, yang memiliki 222 anggota, sebagai syarat konstitusi untuk memilih perdana menteri Malaysia.
Partai-partai politik yang telah mendukung Muhyiddin sebagai perdana menteri termasuk partai Muhyiddin sendiri, yaitu Partai Pribumi Bersatu Malaysia, Partai Islam Se-Malaysia, dan anggota partai komponen Barisan Nasional UMNO, Partai Persatuan Tionghoa Malaysia, dan Kongres India Malaysia.
Koalisi ini dinamakan Perikatan Nasional, yang muncul selama krisis politik baru-baru ini yang terdiri dari PPBM, Umno, PAS, MCA, MIC dan PAS. Krisis politik terjadi setelah Mahathir Mohamad mundur secara tiba-tiba pada Senin, 24 Februari, yang menyebabkan koalisi Pakatan Harapan runtuh.
Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah lalu menunjuk Mahathir sebagai perdana menteri interim, sebelum akhirnya menunjuk Muhyiddin Yassin sebagai perdana menteri Malaysia definitif, seperti dilaporkan malaymail.com. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.