ITF 2023

Ketentuan PKKU Dipertegas, DJP Sebut Bakal Mudahkan WP dan Fiskus

Dian Kurniati | Kamis, 26 Oktober 2023 | 14:44 WIB
Ketentuan PKKU Dipertegas, DJP Sebut Bakal Mudahkan WP dan Fiskus

Kepala Seksi Pencegahan dan Penanganan Sengketa Perpajakan Internasional III Ditjen Pajak (DJP) Khodori Eko Purwanto saat memberikan paparan dalam acara International Tax Forum (ITF) 2023.

JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah tengah menyiapkan rancangan peraturan menteri keuangan (RPMK) yang akan mempertegas ketentuan mengenai penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (PKKU) atau arm's length principle (ALP).

Kepala Seksi Pencegahan dan Penanganan Sengketa Perpajakan Internasional III Ditjen Pajak (DJP) Khodori Eko Purwanto mengatakan RPMK ini tidak akan banyak mengubah ketentuan PKKU yang selama ini berlaku. Hanya saja, akan ada penegasan ketentuan PKKU sebagaimana telah disinggung dalam UU 7/2021 dan PP 55/2022.

"Sudah ada definisi. Kami melihatnya, baik wajib pajak maupun fiskus, ketika ada mulai transaksi bisa duduk dengan aturan di meja yang sama," katanya dalam International Tax Forum (ITF) 2023, dikutip pada Kamis (26/10/2023).

Baca Juga:
Kejar Peneriman Daerah, Pemkot Bentuk Kader Pajak

Khodori menjelaskan UU PPh sebelumnya tidak menyebutkan definisi PKKU. Namun, melalui UU 7/2021, PKKU didefinisikan sebagai prinsip di dalam praktik bisnis yang sehat sebagaimana berlaku di antara pihak-pihak yang tidak memiliki dan/atau dipengaruhi hubungan istimewa.

Hubungan istimewa ini tidak terbatas disebabkan oleh kepemilikan atau penyertaan modal, tetapi juga penguasaan atau hubungan keluarga sedaerah atau semenda yang mengakibatkan pihak satu dapat mengendalikan pihak lain.

Dia kemudian menjelaskan beberapa pokok pengaturan dalam RPMK mengenai PKPU, yang akan menyatukan ketentuan penerapan PKKU, dokumentasi transfer pricing, advance pricing agreement (APA), dan mutual agreement procedure (MAP).

Baca Juga:
Sri Mulyani Targetkan Aturan Insentif Fiskal 2025 Rampung Bulan Ini

Misal terkait dengan MAP. Pada PMK 49/2019 disebutkan bahwa hasil keputusan bersama tidak bisa dijadikan sebagai dasar penagihan ataupun pengembalian pajak.

Nanti, pada RPMK PKKU, bakal diatur keputusan bersama yang dihasilkan dari proses MAP dapat dijadikan sebagai dasar penagihan ataupun pengembalian pajak.

"Karena bisa jadi yang disengketakan secara cross-border transaksi, sementara dia terikat dalam 1 SKP [Surat Ketetapan Pajak]. Dalam hal sengketa internasionalnya enggak keberatan, kami ajukan MAP, selain MAP akan mengubah nilai SKP-nya," ujarnya.

Baca Juga:
Beban Pajak Minimum Global Bisa Ditekan dengan SBIE, Apa Itu?

RPMK juga bakal memuat ketentuan APA. Dalam RPMK PKKU, wajib pajak dapat mengajukan permohonan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi secara jabatan atas pembetulan surat pemberitahuan sebagai pelaksana atas kesepakatan APA.

Ketentuan yang sama juga akan diatur dalam RPMK pengganti PMK 8/2013. Setelahnya, terdapat pengaturan penyesuaian keterikatan yang akan diatur dalam RPMK PKKU dengan definisi berbahasa Indonesia sehingga makin jelas.

Penyesuaian keterkaitan tersebut diatur hanya dapat dilakukan jika wajib pajak dalam negeri yang dilakukan penelitian harga transfer oleh DJP menyetujui dan tidak mengajukan upaya hukum atas materi penyesuaian penentuan harga transfer terkait dengan wajib pajak.

Baca Juga:
Sengketa Pajak atas Biaya Overhead dari Luar Negeri

"Kami membangun sistem yang nanti mudah-mudahan berjalan dengan baik. Nanti, muncul di lawannya Anda dikoreksinya penjualannya. Sehingga kami tidak hanya segi aturan, tetapi aplikasinya pun kami coba bunyikan," tutur Khodori.

RPMK PKKU juga akan memuat penyesuaian tindak lanjut (secondary adjustment) yang sebelumnya belum diatur. Menurutnya, secondary adjustment hanya akan dikenakan kalau primary adjustment-nya telah diterbitkan SKP.

Khodori menambahkan pemerintah tengah menghimpun masukan publik mengenai RPMK PKKU ini, termasuk melalui International Tax Forum 2023. Menurutnya, pemerintah juga terbuka jika pemangku kepentingan memberikan masukan soal materi dalam RPMK. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Sabtu, 25 Januari 2025 | 07:30 WIB KOTA BATAM

Kejar Peneriman Daerah, Pemkot Bentuk Kader Pajak

Jumat, 24 Januari 2025 | 19:15 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Sri Mulyani Targetkan Aturan Insentif Fiskal 2025 Rampung Bulan Ini

Jumat, 24 Januari 2025 | 19:00 WIB PMK 136/2024

Beban Pajak Minimum Global Bisa Ditekan dengan SBIE, Apa Itu?

Jumat, 24 Januari 2025 | 18:30 WIB RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI

Sengketa Pajak atas Biaya Overhead dari Luar Negeri

BERITA PILIHAN
Sabtu, 25 Januari 2025 | 08:00 WIB PERDAGANGAN KARBON

Perdagangan Karbon Luar Negeri Dimulai, Bursa Karbon Bakal Lebih Ramai

Sabtu, 25 Januari 2025 | 07:30 WIB KOTA BATAM

Kejar Peneriman Daerah, Pemkot Bentuk Kader Pajak

Jumat, 24 Januari 2025 | 19:15 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Sri Mulyani Targetkan Aturan Insentif Fiskal 2025 Rampung Bulan Ini

Jumat, 24 Januari 2025 | 19:00 WIB PMK 136/2024

Beban Pajak Minimum Global Bisa Ditekan dengan SBIE, Apa Itu?

Jumat, 24 Januari 2025 | 18:30 WIB RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI

Sengketa Pajak atas Biaya Overhead dari Luar Negeri

Jumat, 24 Januari 2025 | 18:10 WIB DDTC ACADEMY - INTENSIVE COURSE

Dibuka! Batch Terbaru Pelatihan Intensif Transfer Pricing DDTC Academy

Jumat, 24 Januari 2025 | 18:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Masyarakat Nonpeserta BPJS Bisa Ikut Pemeriksaan Kesehatan Gratis

Jumat, 24 Januari 2025 | 17:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Sri Mulyani: Pajak Minimum Global Bikin Iklim Investasi Lebih Sehat

Jumat, 24 Januari 2025 | 15:30 WIB PROFIL PERPAJAKAN KONGO

Seputar Aturan Perpajakan Kongo, PPN-nya Pakai Skema Multi-Tarif