EFISIENSI ANGGARAN

Ini Rekomendasi OECD Soal Belanja Pemerintah

Redaksi DDTCNews | Selasa, 25 Oktober 2016 | 15:31 WIB
Ini Rekomendasi OECD Soal Belanja Pemerintah

Presiden RI Joko Widodo saat membahas reformasi perpajakan di Indonesia bersama delegasi OECD. (Foto: ksp.go.id)

JAKARTA, DDTCNews – Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD) menilai efisiensi alokasi anggaran untuk belanja publik di Indonesia masih belum optimal.

Sekretaris Jenderal OECD Angel Gurria menyebutkan belanja subsidi energi di Indonesia masih terlalu tinggi, yakni mencapai 7% dari keselurahan anggaran belanja. Menurutnya, subsidi itu kurang efektif karena akan memicu kegiatan yang menghasilkan polusi.

“Subsidi-subsidi seperti ini harus bertahap dihapuskan, diikuti dengan investasi pada energi terbarukan dan geotermal untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi,” tuturnya, Senin (24/10).

Baca Juga:
Kejar Pendapatan, DPR Imbau Pemerintah Optimalkan Sektor Perkebunan

Dia menambahkan kebijakan pemerintah yang menargetkan 20% belanja untuk sektor pendidikan dan 5% untuk sektor kesehatan harus diiringi dengan perbaikan kendali dan sistem penganggaran yang berbasis kinerja.

OECD juga menilai sistem desentralisasi yang sudah berjalan di Indonesia masih belum bisa mengentaskan kesenjangan antardaerah.

OECD menyarankan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas teknis pemerintah daerah agar belanja dan administrasi penganggaran di daerah menjadi lebih efektif. Selain itu, sumber pendapatan pemerintah daerah juga akan meningkat.

Baca Juga:
DPR Resmi Bentuk 2 Komisi Baru, Membidangi Energi dan Hukum

“Untuk jangka pendek, OECD merekomendasikan bahwa hibah-hibah harus diarahkan pada bidang-bidang prioritas nasional,” tegasnya.

Pada kunjungannya kali ini, OECD juga menyoroti persoalan korupsi di Indonesia. OECD merekomendasikan agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diberikan perluasan kewenangan untuk mengembangkan sumber daya dan kegiatan pelatihan antikorupsi. (Gfa)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Senin, 21 Oktober 2024 | 18:33 WIB PENDAPATAN NEGARA

Kejar Pendapatan, DPR Imbau Pemerintah Optimalkan Sektor Perkebunan

Senin, 21 Oktober 2024 | 18:00 WIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

DPR Resmi Bentuk 2 Komisi Baru, Membidangi Energi dan Hukum

Senin, 21 Oktober 2024 | 14:00 WIB KABINET MERAH PUTIH

Menko Ekonomi Turut Koordinasikan Urusan Energi hingga Pariwisata

Rabu, 16 Oktober 2024 | 13:20 WIB BUKU PAJAK

Meninjau Aspek Keadilan dari Konsensus Pajak Minimum Global

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN