INGGRIS

Inggris Didesak Tingkatkan Transparansi Negara-Negara Suaka Pajak

Redaksi DDTCNews | Selasa, 13 Oktober 2020 | 08:30 WIB
Inggris Didesak Tingkatkan Transparansi Negara-Negara Suaka Pajak

Ilustrasi. (DDTCNews)

LONDON, DDTCNews – Pemerintah Inggris berhasil meningkatkan secara bertahap kadar transparansi informasi keuangan di wilayah protektorat dan teritori luar negeri atau British Overseas Territories (BOT).

Peneliti dari The Global Tax Justice Network (TJN) Alex Cobham mengatakan keluarnya British Virgin Islands dan Cayman Islands dari daftar hitam suaka pajak Uni Eropa menjadi salah satu pencapaian Inggris dalam meningkatkan transparansi.

Menurutnya, kebijakan Pemerintah Inggris yang mewajibkan wilayah protektorat dan BOT untuk membuka data beneficial owner (BO) perusahaan cangkang pada dua tahun lalu mulai membuahkan hasil.

Baca Juga:
Negara Ini Bakal Pangkas Tarif Bea Masuk Minuman Beralkohol

"Komitmen British Virgin Islands untuk menerbitkan catatan BO perlu disambut baik, tetapi agaknya itu hanya berdampak kecil bagi proses transparansi data keuangan," katanya, dikutip Selasa (13/10/2020).

Meski begitu, Cobham menilai komitmen transparansi dan memperkuat pertukaran informasi keuangan tujuan perpajakan dari yurisdiksi yang selama ini dikenal sebagai surga pajak masih perlu ditingkatkan.

Menurutnya, komitmen awal pemimpin British Virgin Islands and Cayman Islands baru sebatas kepada kewajiban menyediakan informasi BO untuk perusahaan cangkang yang bermukim di wilayahnya.

Baca Juga:
Ramai Lapor ke Otoritas, WP di Negara Ini Muak dengan Tax Evasion

Ketersediaan informasi keuangan di yurisdiksi seperti British Virgin Islands and Cayman Islands belum lengkap lantaran data hanya menyebutkan pemilik dari perusahaan cangkang tetapi belum menyentuh pemilik dari instrumen keuangan seperti dana investasi dan skema investasi trust yang tidak termasuk dalam data yang wajib disetor kepada otoritas.

Selain itu, masih ada faktor risiko transparansi keuangan dari agenda Brexit yang efektif berlaku Januari 2021. Salah satu agenda Inggris keluar dari Eropa adalah mengembalikan kendali atas regulasi bidang keuangan.

Menurut Cobham, kondisi itu berpotensi menciptakan kebijakan fiskal yang lebih agresif dari Inggris seusai keluar dari Uni Eropa.

"Pemerintah Inggris menunjukkan tidak ada minat yang jelas dalam transparansi sehingga menimbulkan kekhawatiran terciptanya kemungkinan 'Singapura di Thames'," tuturnya seperti dilansir bangkokpost.com. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Minggu, 20 Oktober 2024 | 14:00 WIB HONG KONG

Negara Ini Bakal Pangkas Tarif Bea Masuk Minuman Beralkohol

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN