JEPANG

Efek Perang Dagang, Rencana Kenaikan Sales Tax Berpotensi Ditunda Lagi

Redaksi DDTCNews | Kamis, 16 Mei 2019 | 18:22 WIB
Efek Perang Dagang, Rencana Kenaikan Sales Tax Berpotensi Ditunda Lagi

Perdana Menteri Shinzo Abe.

JAKARTA, DDTCNews – Keraguan terkait rencana Perdana Menteri Shinzo Abe untuk mengerek tarif pajak penjualan (sales tax) dari 8% menjadi 10% kembali muncul. Munculnya keraguan ini diakibatkan rencana pemerintah merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini.

Bedasarkan informasi dari sumber di pemerintahan, kembali memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China telah mendorong pemerintah untuk meninjau kembali proyeksi ekonomi sebelumnya. Sebelumnya, pemerintah berpandangan akan ada pemulihan ekspor dan produksi industri.

“Penurunan [proyeksi laju pertumbuhan ekonomi] dalam laporan bulanan sangat krusial dan dapat memicu spekulasi bahwa Perdana Menteri Shinzo Abe dapat menunda sekali lagi rencana kenaikan pajak penjualan pada Oktober,” demikian informasi yang dikutip dari The Business Times, Kamis (16/5/2019).

Baca Juga:
Ikuti Oposisi, Jepang akan Naikkan Batas Penghasilan Tak Kena Pajak

Bagaimanapun, PM Abe telah menunda kenaikan selama dua kali karena memprioritaskan pertumbuhan ekonomi dari pada reformasi fiskal. Kenaikan pajak penjualan dari 5% menjadi 8% pada April 2014 juga telah memukul konsumen dengan cukup keras sehingga berdampak pada penurunan tajam laju pertumbuhan ekonomi Jepang.

Dalam laporannya pada April 2019, pemerintah mengatakan ekonomi Jepang pulih secara bertahap, meskipun ada tanda-tanda melemahnya ekspor dan output. Hal tersebut sekaligus memotong proyeksi ekonominya untuk pertama kalinya dalam tiga tahun pada Maret.

Investor akan melihat dengan seksama langkah pemerintah jika prospek ekonominya benar-benar dipangkas. Jika kata ‘pemulihan’ tetap ada, terutama setelah eskalasi baru dalam perang dagang AS dan China. Jepang diperkirakan akan melaporkan kontraksi ekonomi ringan pada kuartal pertama dalam data yang akan keluar pada Senin pekan depan.

Baca Juga:
Siasat Pendudukan Jepang Memanfaatkan Pajak untuk Mendanai Perang

Pemerintah juga sedang mempertimbangkan untuk mengurangi pengeluaran modal dan output pabrik dalam laporan Mei 2019. Belanja modal diperkirakan akan memburuk. Neraca perdagangan diperkirakan masih akan baik meskipun lebih banyak dipengaruhi anjloknya impor.

“Dengan demikian, produk domestik bruto pada kuartal I Kemungkinan akan berubah menjadi buruk,” ujar sumber di pemerintahan. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
BERITA PILIHAN
Jumat, 27 Desember 2024 | 16:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Harga Tiket Turun, Jumlah Penumpang Pesawat Naik 2,6 Persen

Jumat, 27 Desember 2024 | 15:30 WIB LAPORAN TAHUNAN DJP 2023

Rata-Rata Waktu Penyelesaian Pengaduan Perpajakan di DJP Capai 9 Hari

Jumat, 27 Desember 2024 | 15:15 WIB KONSULTASI PAJAK

Pedagang Gunakan QRIS untuk Pembayaran, Konsumen Bayar PPN 12 Persen?

Jumat, 27 Desember 2024 | 15:00 WIB KAMUS KEPABEANAN

Apa Itu Pembukuan dalam bidang Kepabeanan?

Jumat, 27 Desember 2024 | 14:30 WIB RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI

Sengketa Yuridis Pengenaan PPN atas Jasa Kecantikan

Jumat, 27 Desember 2024 | 14:00 WIB KELAS PPN

Konsep PPN, Deviasi, dan Isu Kenaikan PPN 12%

Jumat, 27 Desember 2024 | 13:30 WIB UU HKPD

Berlaku Mulai 5 Januari 2025, Begini Penghitungan Opsen Pajak

Jumat, 27 Desember 2024 | 12:30 WIB LAPORAN BELANJA PERPAJAKAN

Masih Ada Fasilitas Kepabeanan Tak Dimanfaatkan, DJBC Beri Penjelasan

Jumat, 27 Desember 2024 | 12:00 WIB PMK 81/2024

Catat! Dokumen WP Badan Era Coretax Diteken Pakai Sertel Pengurus

Jumat, 27 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 168/2023

Penghitungan PPh 21 Pegawai Tidak Tetap untuk Masa Pajak Desember