Akses DDTC News lebih mudah karena semua informasi pajak sekarang ada dalam genggaman Anda.
Akses DDTC News lebih mudah karena semua informasi pajak sekarang ada dalam genggaman Anda.
With less than a month to go before the European Union enacts new consumer privacy laws for its citizens, companies around the world are updating their terms of service agreements to comply.
The European Union’s General Data Protection Regulation (G.D.P.R.) goes into effect on May 25 and is meant to ensure a common set of data rights in the European Union. It requires organizations to notify users as soon as possible of high-risk data breaches that could personally affect them.
Suasana konferensi pers BPS.
JAKARTA, DDTCNews – Kinerja perdagangan Indonesia tidak begitu baik menjelang akhir tahun ini. Performa buruk neraca perdagangan pada Oktober 2018 membuat defisit sepanjang tahun ini semakin dalam.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor pada Oktober senilai US$15,08 miliar. Namun, nilai impor kembali lebih tinggi, dengan capaian US$17,62 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan kembali defisit senilai US$1,82 miliar.
“Impor migas kita naik dan kedepannya kita berharap impor bisa lebih dikendalikan,” kata Kepala BPS, Suhariyanto, Kamis (15/11/2018).
Impor migas, ungkapnya, masih menjadi penggerak utama defisit perdagangan. Impor migas pada Oktober 2018 tercatat senilai US$2,9 miliar. Angka ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya senilai US$ 2,2 miliar.
Pada saat yang sama, impor nonmigas juga tercatat naik. Pada September tahun ini, impor nonmigas tercatat senilai US$12,3 miliar. Selanjutnya, nilai impor itu kemudian naik cukup tinggi menjadi US$14,7 miliar pada Oktober 2018.
Masih tekornya neraca perdagangan pada Oktober menambah dalam defisit secara tahun berjalan. Sepanjang Januari-Oktober 2018, defisit neraca perdagangan mencapai US$5,51 miliar. Sektor migas jadi penyumbang utama dengan defisit sebesar US$10,7 miliar. Sementara nonmigas masih mencatat hasil positif dengan surplus US$5,2 miliar.
“Kumulatifnya defisit kita lumayan dalam US$5,51 miliar. Peyebabnya migas, sementara nonmigasnya masih surplus,” imbuh Suhariyanto. (kaw)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.