ARAB SAUDI

Defisit Anggaran Membengkak, Ini yang Dilakukan

Redaksi DDTCNews | Selasa, 03 Januari 2017 | 10:38 WIB
Defisit Anggaran Membengkak, Ini yang Dilakukan

RIYADH, DDTCNews – Anjloknya harga minyak dunia dan membengkaknya defisit anggaran keuangan, memaksa Kerajaan Arab Saudi untuk segera mengencangkan ikat pinggang dalam mengatasi permasalahan tersebut.

Berdasarkan laporan tertulis dalam Program Penyeimbangan Fiskal 2020 yang diterbitkan oleh pemerintah Arab Saudi pekan lalu, dikatakan bahwa upaya akan dilakukan dalam beberapa tahun ke depan untuk memperbaiki kondisi fiskal.

Pemerintah Arab Saudi juga melakukan pinjaman luar negeri, diversifikasi ekonomi, hingga memangkas subsidi energi dan menaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Baca Juga:
APBN 2024 Ditutup dengan Defisit Rendah, Sri Mulyani: Jadi Bekal 2025

“Defisit anggaran Arab Saudi mencapai 366 miliar riyal (Rp1.312 triliun) pada 2015 dan 297 miliar riyal (Rp1.065 triliun) tahun ini. Bahkan, untuk pertama kalinya Arab Saudi berutang dari pihak asing sebesar US$175 miliar (Rp2.353 triliun) pada Oktober 2016 lalu,” ungkap laporan tersebut.

Dalam bidang perpajakan, Pemerintah Arab Saudi sudah menaikkan biaya visa bagi pengunjung atau turis asing. Kemudian, pada 2017 mendatang, pemerintah juga akan memperkenalkan pajak baru untuk ekspatriat.

Pajak ini akan dimulai dari 100 riyal (Rp358 ribu) per bulan dan naik secara bertahap hingga menjadi 800 riyal (Rp2,86 juta) per bulan pada 2020 mendatang. Selain itu, pada kuartal II/2017, pemerintah juga akan mengenakan pajak terhadap produk-produk seperti minuman yang mengandung gula dan tembakau.

Baca Juga:
Kinerja APBN 2024, Prabowo: Kita Mampu Kendalikan Defisit

Kemudian, pada 2018, pajak pertambahan nilai (PPN) atas penjualan barang secara umum pun akan diperkenalkan. Pemerintah Arab Saudi menargetkan penerimaan non-minyak akan mencapai 152 miliar riyal (Rp544,6 triliun) pada 2020.

Kendati demikian, langkah tegas yang diambil pemerintah berupa pemangkasan anggaran subsidi serta menaikkan pajak dinilai dapat berisiko merusak ekonomi dan menyakiti masyarakat berpenghasilan rendah.

Oleh karena itu, seperti dilansir dalam Money.cnn.com, pemerintah Arab Saudi telah menyiapkan investasi senilai 200 miliar riyal (Rp716,5 triliun) untuk membantu diversifikasi ekonomi atau membuka lapangan kerja lainnya. Dana ini disebut akan membantu perusahaan menjadi lebih efisien. (Amu)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 31 Desember 2024 | 19:45 WIB KINERJA FISKAL

Kinerja APBN 2024, Prabowo: Kita Mampu Kendalikan Defisit

Minggu, 08 Desember 2024 | 14:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Bertemu Menkeu Arab Saudi, Sri Mulyani Bahas Reformasi Perpajakan

Minggu, 01 Desember 2024 | 16:00 WIB ARAB SAUDI

Tingkatkan Sektor Pariwisata, Arab Saudi Bakal Tawarkan VAT Refund

BERITA PILIHAN
Kamis, 30 Januari 2025 | 15:11 WIB KONSULTASI CORETAX

Istri Pilih ‘Hanya Registrasi’ di Coretax, Perlu Lapor SPT Sendiri?

Kamis, 30 Januari 2025 | 15:00 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Ada Fasilitas KITE, Menko Airlangga Ingin Daya Saing UMKM Meningkat

Kamis, 30 Januari 2025 | 14:30 WIB PERATURAN PAJAK

Ketentuan Terbaru Soal Penghapusan Piutang Pajak, Dowload di Sini!

Kamis, 30 Januari 2025 | 13:55 WIB PENG-1/PJ/2025

DJP Perbarui Daftar Negara Tujuan Pertukaran Data Keuangan Otomatis

Kamis, 30 Januari 2025 | 13:45 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Sri Mulyani Harap Makan Bergizi Gratis Beri Dampak Besar ke Ekonomi

Kamis, 30 Januari 2025 | 11:11 WIB INFOGRAFIS PAJAK

9 Jenis Pajak Daerah yang Dipungut Pemkot Tarakan beserta Tarifnya

Kamis, 30 Januari 2025 | 10:51 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Bangun Sistem Pajak Berkeadilan, Civil Society Perlu Pahami Isu Pajak