JAKARTA, DDTCNews – Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps), dari 0,75% ke 1%. Kenaikan tersebut merupakan yang kedua kalinya dalam tiga bulan terakhir dan ketiga kalinya sejak krisis finansial yang melanda Negeri Paman Sam pada 2008.
Menko Perekonomian Darmin Nasution menyatakan kenaikan suku bunga acuan tidak akan lama berpengaruh kepada kondisi perekonomian Indonesia. Sebab menurutnya, perekonomian Indonesia masih dalam keadaan yang cukup baik.
"Tentu saja, ada pengaruhnya. Tapi, kami tidak memperhitungakan terlalu lama, sementara saja. Kalau 0,25, naiknya tidak besar, selama ekonomi kita baik-baik saja," ujarnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (16/3).
Meski dampak kenaikan Fed rate diprediksi tak besar, Darmin memastikan, pemerintah akan terus menjaga kondisi perekonomian nasional. Ia menilai, masih banyak pekerjaan rumah para menteri ekonomi Kabinet Kerja di tahun ini.
Sebut saja, meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang dibidik mampu tumbuh dikisaran 5,1%, memanaskan kembali sejumlah roda industri dalam negeri, hingga menjaga pasokan dan harga komoditas agar tak terus mengerek laju inflasi yang ditargetkan tak melampaui 4%.
Selain itu, kenaikan Fed Fund Rate (FFR) berikutnya diperkirakan terjadi pada bulan Juli 2017 dan bulan Desember 2017.
Kenaikan FFR ini bisa membawa dampak bagi negara-negara yang perekonomian dan pasarnya sangat terkait langsung dengan Amerika Serikat, termasuk Indonesia.
Pasalnya, The Fed masih menjadi bank sentral paling penting di dunia dan menjadi tolok ukur bagi suku bunga di setiap aset finansial yang lain. (Amu)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.