APBN 2021

Akhir Februari 2021, Utang Pemerintah Tumbuh 29%

Dian Kurniati | Selasa, 23 Maret 2021 | 16:09 WIB
Akhir Februari 2021, Utang Pemerintah Tumbuh 29%

Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Luky Alfirman dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (23/3/2021).

JAKARTA, DDTCNews – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat posisi utang pemerintah hingga akhir Februari 2021 mencapai Rp6.361 triliun atau naik 29% dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp4.948 triliun.

Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Luky Alfirman mengatakan kenaikan posisi utang menjadi bagian dari pengelolaan APBN secara keseluruhan. Pemerintah merancang APBN 2021 dengan defisit anggaran Rp1.006 triliun atau 5,7% terhadap PDB.

"Itu sesuai dengan bagaimana kita merumuskan di APBN bersama-sama antara pemerintah dan DPR, bagaimana kita merancang dan mengelola APBN ini," katanya dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (23/3/2021).

Baca Juga:
DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Luky menjelaskan pemerintah selalu mengelola utang tersebut secara hati-hati. Dia juga memastikan meningkatnya posisi utang pemerintah tersebut masih sesuai dengan rencana yang disepakati bersama DPR.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga memaparkan realisasi pembiayaan utang APBN 2021 hingga Februari 2021 tercatat Rp273 triliun. Realisasi itu tumbuh 135,4% dari periode yang sama 2020 dan setara 23,2% dari PDB.

Pembiayaan utang tersebut terdiri atas penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto senilai Rp271,4 triliun dan pinjaman neto Rp1,6 triliun. Dalam dua bulan pertama, realisasi pembiayaan utang telah mencapai 91,5% dari target kuartal I/2021.

Baca Juga:
Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja

"Semuanya on track meskipun kami tadi melihat dari sisi volatilitas market harus kami jaga," ujarnya.

Defisit APBN hingga Februari 2021 tercatat Rp63,6 triliun atau 6,3% dari patokan dalam APBN 2020 senilai Rp1.006,4 triliun. Realisasi defisit anggaran itu setara dengan 0,36% terhadap PDB, atau lebih rendah ketimbang periode yang sama tahun lalu sebesar 0,4% terhadap PDB. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:45 WIB KABINET MERAH PUTIH

Tak Lagi Dikoordinasikan oleh Menko Ekonomi, Kemenkeu Beri Penjelasan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN