SELANDIA BARU

1.809 Orang Positif Corona, Selandia Baru Alami Resesi

Dian Kurniati | Kamis, 17 September 2020 | 16:43 WIB
1.809 Orang Positif Corona, Selandia Baru Alami Resesi

Ilustrasi. (DDTCNews)

WELLINGTON, DDTCNews—Ekonomi Selandia Baru tercatat mengalami resesi seiring dengan pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 yang tercatat minus 12,2% akibat dampak pandemi virus Corona.

Juru bicara negara Paul Pascoe mengatakan kontraksi pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 menjadi yang terdalam sejak pencatatan dimulai pada 1987. Menurutnya, resesi ekonomi merupakan imbas dari kebijakan lockdown sejak 19 Maret 2020.

"Industri seperti ritel, akomodasi dan restoran, serta transportasi mengalami penurunan produksi yang signifikan oleh larangan perjalanan internasional dan lockdown nasional yang ketat," katanya, Kamis (17/9/2020).

Baca Juga:
Senator Minta Penumpang Pesawat Kelas Ekonomi Tak Dipungut Travel Tax

Pascoe mengatakan pertumbuhan sektor konstruksi terkontraksi menjadi -25,8%, sedangkan manufaktur minus 13%. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan belanja rumah tangga tercatat minus 12%.

Dia menilai resesi tidak bisa dihindari mengingat adanya kebijakan lockdown. Ekonomi yang semula diharapkan pulih bulan depan ternyata tidak tercapai karena Selandia Baru kembali membatasi aktivitas lantaran adnya lonjakan kasus tak terduga pada Agustus.

Negara berpenduduk hampir 5 juta orang tersebut sempat bebas dari kasus positif virus Corona selama 102 hari. Setelah itu, kasus positif pelan-pelan melonjak. Per 16 September, jumlah kasus positif Corona mencapai 1.809 orang.

Baca Juga:
AS Buka Opsi Batalkan Bea Masuk 25% Atas Impor dari Kanada dan Meksiko

Sementara itu, Menteri Keuangan Grant Robertson mengatakan pertumbuhan PDB yang terkontraksi tersebut masih lebih baik dari yang diperkirakan.

Meski kontraksi ekonomi Selandia Baru lebih dalam ketimbang Australia yang minus 7% atau Kanada yang minus 11,5%, pertumbuhan ekonomi Selandia Baru masih lebih baik ketimbang India, Singapura, dan Inggris.

"Bekerja keras dan memulai [penanganan kasus virus Corona] lebih awal berarti kami juga bisa kembali lebih cepat dan lebih kuat," ujarnya seperti dilansir BBC. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Jumat, 31 Januari 2025 | 15:47 WIB PEREKONOMIAN INDONESIA

Banyak Tantangan, Insentif Fiskal Jadi Andalan untuk Jaga Pertumbuhan

Jumat, 31 Januari 2025 | 09:30 WIB AMERIKA SERIKAT

AS Buka Opsi Batalkan Bea Masuk 25% Atas Impor dari Kanada dan Meksiko

Kamis, 30 Januari 2025 | 17:55 WIB PAJAK INTERNASIONAL

Penghindaran Pajak Lebih Rugikan Negara Berkembang daripada yang Maju

BERITA PILIHAN
Sabtu, 01 Februari 2025 | 12:45 WIB BERITA PAJAK SEPEKAN

Tenang! Surat Teguran ‘Gaib’ karena Coretax Eror Bisa Dibatalkan DJP

Sabtu, 01 Februari 2025 | 12:30 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Hal-Hal yang Diteliti DJP terkait Pengajuan Pengembalian Pendahuluan

Sabtu, 01 Februari 2025 | 12:00 WIB CORETAX SYSTEM

DJP Terbitkan Panduan Coretax terkait PIC, Impersonate dan Role Akses

Sabtu, 01 Februari 2025 | 09:45 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Simak! Ini Daftar Peraturan Perpajakan yang Terbit 1 Bulan Terakhir

Sabtu, 01 Februari 2025 | 09:00 WIB KEBIJAKAN EKONOMI

Jaga Inflasi pada Kisaran 2,5 Persen, Pemerintah Beberkan Strateginya

Sabtu, 01 Februari 2025 | 08:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Jadi Kontributor Pajak Terbesar, Manufaktur Diklaim Pulih Merata

Jumat, 31 Januari 2025 | 19:30 WIB KONSULTASI PAJAK    

DJP Bisa Tentukan Nilai Harta Berwujud, Ini yang Perlu Diperhatikan

Jumat, 31 Januari 2025 | 19:00 WIB PMK 136/2024

Pajak Minimum Global Bagi WP CbCR Bisa Dinolkan, Begini Kriterianya