KEBIJAKAN PAJAK

Ternyata Ini Alasan DJP Usulkan Perubahan Rezim PPN

Redaksi DDTCNews | Senin, 14 Juni 2021 | 12:51 WIB
Ternyata Ini Alasan DJP Usulkan Perubahan Rezim PPN

Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Humas DJP Neilmaldrin Noor dalam konferensi pers, Senin (14/6/2021).

JAKARTA, DDTCNews – Ditjen Pajak (DJP) menyatakan salah satu alasan kebijakan PPN perlu diubah antaran kinerja realisasi penerimaan PPN di Indonesia relatif kurang optimal dibandingkan dengan negara lain.

Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Humas DJP Neilmaldrin Noor menjelaskan rencana perubahan sistem PPN melalui revisi RUU KUP adalah angka C–efficiency ratio PPN di Indonesia. Menurutnya, C–efficiency ratio PPN di Indonesia berada pada angka 0,6%.

"Saya sampaikan C–efficiency PPN Indonesia saat ini 0,6%. Artinya, PPN yang ada di Indonesia baru terkumpul 60%," katanya dalam konferensi pers, Senin (14/6/2021).

Baca Juga:
PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Neilmaldrin memaparkan angka tersebut jauh tertinggal bahkan untuk negara kawasan Asean. Dia menyampaikan C–efficiency ratio PPN di Singapura, Thailand dan Vietnam jauh lebih baik dengan angka mencapai 0,8.

Untuk itu, sistem PPN yang berlaku saat ini diusulkan untuk diubah melalui revisi RUU KUP yang akan dibahas bersama DPR. Dia optimistis perubahan rezim PNN tersebut dapat mendorong kinerja penerimaan negara lebih optimal.

Selain itu, usulan perubahan sistem PPN terkait dengan tarif dan kebijakan fasilitas PPN juga dimaksudkan agar pemungutan pajak atas konsumsi menjadi lebih efisien tanpa mengabaikan rasa keadilan di masyarakat.

Baca Juga:
DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

"Jadi pemungutan pajak yang tidak efisien seperti memerlukan surat keterangan bebas (SKB) itu jadi biaya administrasi. Kami dorong clean efficiency bagaimana memperbaiki dari sisi administrasi dan regulasi," tutur Neilmaldrin.

Belakangan ini, isu PPN mulai dari kenaikan tarif menjadi 12% dan penghapusan fasilitas PPN pada bidang pendidikan dan sembako tengah menjadi perhatian masyarakat seiring dengan bocornya draf revisi RUU KUP sebelum masuk pembahasan resmi dengan Komisi XI. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN