KEBIJAKAN PAJAK

Terapkan Pajak Karbon, 4 Hal Ini Jadi Perhatian Pemerintah

Dian Kurniati | Selasa, 02 November 2021 | 14:00 WIB
Terapkan Pajak Karbon, 4 Hal Ini Jadi Perhatian Pemerintah

Ilustrasi.

JAKARTA, DDTCNews - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyebutkan pemerintah setidaknya akan memperhatikan 4 hal dalam menerapkan pajak karbon.

Empat hal tersebut antara lain perkembangan pasar karbon, pencapaian target Nationally Determined Contribution (NDC), kesiapan sektor usaha, dan kondisi ekonomi. Dari 4 hal itu, pemerintah akan memastikan penerapan pajak karbon demi kepentingan masyarakat.

"Dengan demikian, sistem pengenaan pajak karbon yang berlaku di Indonesia tidak hanya adil, tetapi juga terjangkau dan tetap mengutamakan kepentingan masyarakat luas," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (2/11/2021).

Baca Juga:
Catat! Pengkreditan Pajak Masukan yang Ditagih dengan SKP Tak Berubah

Febrio menuturkan pajak karbon telah diatur dalam UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP). Menurutnya, pengenaan pajak karbon menjadi instrumen penting yang digunakan pemerintah dalam mengendalikan perubahan iklim.

Dia menilai implementasi pajak karbon juga telah menjadikan Indonesia sejajar dengan negara-negara maju. Beberapa negara maju yang telah melaksanakan kebijakan pajak karbon di antaranya Inggris, Jepang, dan Singapura.

Meski demikian, pemberlakuan pajak karbon akan dilakukan secara bertahap untuk memastikan momentum pemulihan setelah pandemi Covid-19 tetap berlanjut.

Baca Juga:
Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

"Pemerintah akan melakukan transisi yang tepat agar pengenaan pajak karbon tetap konsisten dengan momentum pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19," ujar Febrio.

Pemerintah melalui UU HPP akan mengenakan pajak karbon menggunakan mekanisme pajak karbon dengan berdasarkan cap, trade, and tax. Tarif yang ditetapkan senilai Rp30 per kilogram karbon dioksida ekuivalen (CO2e).

Sebagai tahap awal, pajak karbon akan diterapkan pada PLTU batu bara mulai April 2022. Indonesia menargetkan emisi karbon turun 29% dengan kemampuan sendiri dan turun 41% dengan dukungan internasional pada 2030, serta net zero emission (NZE) pada 2060. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

04 November 2021 | 14:08 WIB

Penggunaan cap, trade, dan tax sangat baik untuk dilakukan karena akan mempertimbangkan seluruh stakeholders serta pajak karbon sendiri akan menudukung pemanfaatan teknologi hijau

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

BERITA PILIHAN
Rabu, 25 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah akan Salurkan KUR Rp300 Triliun Tahun Depan

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:30 WIB PSAK 201

Item-Item dalam Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan PSAK 201

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:37 WIB KURS PAJAK 25 DESEMBER 2024 - 31 DESEMBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra