APBN 2022

Target Penerimaan Pajak 2022 Lebih Rendah dari 2021, Ini Kata DJP

Muhamad Wildan | Selasa, 04 Januari 2022 | 12:30 WIB
Target Penerimaan Pajak 2022 Lebih Rendah dari 2021, Ini Kata DJP

Ilustrasi. Gedung Ditjen Pajak. (foto: Kemenkeu)

JAKARTA, DDTCNews - Ditjen Pajak (DJP) akan memaksimalkan penerimaan pajak sesuai dengan target yang ditetapkan pada APBN 2022, meski target tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan realisasi penerimaan pajak 2021.

"Masih ada APBN 2022 jadi kita stick ke sana dulu. Effort akan kami jalankan untuk meningkatkan penerimaan 2022," kata Dirjen Pajak Suryo Utomo, Senin (3/1/2022).

Untuk diketahui, target penerimaan pajak pada tahun ini sejumlah Rp1.265 triliun. Namun demikian, target penerimaan pajak 2022 tersebut lebih rendah ketimbang realisasi penerimaan pajak tahun lalu sejumlah Rp1.277,5 triliun.

Baca Juga:
PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Secara lebih terperinci, pemerintah menargetkan penerimaan dari pajak penghasilan pada 2022 senilai Rp680,87 triliun. Dari target tersebut, PPh badan diproyeksikan menyumbang Rp185,14 triliun seperti tertuang dalam Perpres No. 104/2021.

Sementara itu, penerimaan dari pajak pertambahan nilai (PPN) ditargetkan mencapai Rp554,38 triliun pada 2022. Target tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi penerimaan PPN 2021 sejumlah Rp551 triliun.

Di sisi lain, target defisit APBN 2022 lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi defisit APBN 2021 senilai 783,7 triliun atau 4,65% dari PDB. Tahun ini, defisit anggaran ditargetkan mencapai Rp868,01 triliun atau 4,85% dari PDB.

Baca Juga:
WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Realisasi defisit pada tahun lalu jauh lebih rendah dibandingkan dengan target APBN 2021 sebesar 5,7%. Hal tersebut juga tidak terlepas dari realisasi penerimaan pajak yang melampaui target dan penggunaan SAL untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan.

Sementara itu, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan defisit anggaran tetap akan dijalankan untuk mendukung konsolidasi fiskal pada 2023.

"Kita perlu membuat konsolidasi yang solid agar 2023 bisa menuju maksimum 3%. Konsolidasi fiskal pada 2021 menjadi dasar untuk menuju 2023," tuturnya. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN