Ilustrasi. (Foto: euractiv.com)
MOSKOW, DDTCNews - Uni Eropa menggodok aturan baru untuk pajak karbon lintas negara. Rencana kebijakan itu diprediksi menjadi tantangan berat bagi eksportir Rusia untuk masuk ke pasar Uni Eropa.
Konsultan pajak KPMG membeberkan data kepada asosiasi pengusaha Rusia rencana pajak karbon Uni Eropa akan membuat eksportir asal Rusia kesulitan untuk kompetitif di pasar Uni Eropa.
Pasalnya, jika rencana pajak karbon lintas negara jadi direalisasikan, maka pengusaha Rusia akan membayar tagihan pajak hingga €5 miliar per tahun atau setara dengan Rp81 triliun.
"Uni Eropa saat ini sedang dalam proses pembicaraan untuk memungut pajak karbon sebagai biaya tambahan atas impor barang yang masuk ke 27 negara anggota," tulis keterangan KPMG seperti dikutip Rabu (8/7/2020).
Pertemuan dengan pelaku usaha Rusia juga menyebut dalam satu dekade ke depan pajak karbon akan menambah biaya pengusaha Rusia hingga €50 miliar. Hitungan ini berdasarkan proyeksi terburuk saat Uni Eropa memperkenalkan pajak karbon lintas negara pada level maksimal.
Dalam artian, pajak karbon dipungut secara langsung dan tidak langsung mulai dari proses produksi hingga sampai ke tangan konsumen akhir atas komoditas yang masuk ke pasar Uni Eropa.
Biaya emisi akan mulai dihitung saat tingkat produksi dilakukan di negara asal. Apabila kebijakan tersebut diketok mulai 2025, maka hingga tahun fiskal 2030 pengusaha Rusia akan mendapati beban pajak karbon mencapai €33,3 miliar.
"Jika Uni Eropa mengadopsi rezim pajak yang lebih ketat dan menerapkan pajak berdasarkan emisi baik langsung dan tidak langsung, perusahaan Rusia harus membayar pajak hingga €50,6 miliar pada akhir dekade ini," terang laporan KPMG.
Menyikapi rencana pajak Uni Eropa tersebut, Direktur Asosiasi Pengembang Energi Terbarukan Rusia Alexey Zhikharev menuturkan daya saing barang asal Rusia akan berkurang drastis dengan adanya kebijakan pajak karbon.
Oleh karena itu, mitigasi harus mulai dilakukan pelaku usaha terutama eksportir yang menyasar pasar Uni Eropa untuk mulai mengurangi tingkat emisi dalam proses produksi.
Seperti diketahui, kawasan Eropa merupakan pangsa pasar terbesar bagi komoditas Rusia. Ekspor negara pecahan Uni Soviet itu pada 2019 ke Uni Eropa mencapai €143 miliar dan dua pertiganya merupakan komoditas minyak dan gas.
"Pelaku bisnis mulai memahami bahwa daya saing produk mereka di pasar global dapat segera sirna karena adanya perpajakan karbon lintas batas dan standar yang lebih tinggi untuk pembangunan berkelanjutan," ungkap Alexey Zhikharev dilansir themoscowtimes.com. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.