KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah Klaim Harga Beras Bakal Turun Pertengahan Bulan Ini

Muhamad Wildan | Minggu, 03 Maret 2024 | 15:00 WIB
Pemerintah Klaim Harga Beras Bakal Turun Pertengahan Bulan Ini

Ilustrasi. Pedagang menata karung berisi beras sebelum dijual di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Jumat (1/3/2024). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/tom.

JAKARTA, DDTCNews - Badan Pangan Nasional (Bapanas) optimistis tren harga beras di tingkat konsumen akhir bakal turun dalam waktu 2 hingga 3 pekan.

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan harga beras akan segera turun sejalan dengan penurunan harga gabah kering panen (GKP) di level petani. Saat ini, harga GKP sedang mengalami penurunan secara bertahap sejak pekan kedua Februari 2024.

"Saat ini, harga gabah kering panen di tingkat petani sudah sekitar Rp7.100 per kilogram. Artinya, jika harga gabah itu sudah turun dari Rp8.600 ke Rp7.100 per kilogram dalam 2 - 3 pekan maka harga beras akan terkoreksi signifikan," katanya, dikutip pada Minggu (3/3/2024).

Baca Juga:
DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Dalam beberapa waktu terakhir ini, harga beras tergolong tinggi. Hal ini dikarenakan adanya defisit stok beras dalam 8 bulan terakhir serta kenaikan ongkos produksi seperti biaya pupuk, benih, sewa lahan, upah pekerja, dan lain-lain.

"Kalau lihat, tahun 2023 surplus hanya 340.000 ton, sedangkan kebutuhan nasional itu 2,5-2,6 juta ton per bulan. Pada saat produksi demikian, persaingan mendapatkan GKP itu berebut di tingkat petani," tutur Arief.

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), defisit beras pada Januari dan Februari 2024 mencapai 2,8 juta ton. Akibat hal tersebut, pemerintah mau tidak mau harus mengimpor beras guna mengamankan cadangan beras pemerintah (CBP).

Baca Juga:
Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja

Guna menjaga stabilitas harga beras, Bapanas telah menetapkan stok beras minimal yang dikelola Perum Bulog adalah sebanyak 1,2 juta ton. Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan telah meminta Bulog untuk terus menambah stok hingga 3 juta ton.

Dengan stok cadangan pangan pemerintah (CPP) yang mumpuni, pemerintah bakal lebih leluasa dalam melakukan intervensi. Namun, penguatan stok CPP harus mengutamakan produksi dalam negeri. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja

Selasa, 22 Oktober 2024 | 11:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Anggota DPR Ini Minta Prabowo Kaji Ulang Kenaikan PPN Jadi 12 Persen

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:45 WIB KABINET MERAH PUTIH

Tak Lagi Dikoordinasikan oleh Menko Ekonomi, Kemenkeu Beri Penjelasan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja