VIETNAM

Optimalkan Penerimaan, Negara Tetangga Ini Bakal Revisi UU PPN

Dian Kurniati | Minggu, 18 Agustus 2024 | 09:30 WIB
Optimalkan Penerimaan, Negara Tetangga Ini Bakal Revisi UU PPN

Ilustrasi.

HANOI, DDTCNews - Pemerintah Vietnam bersama DPR mulai membahas RUU PPN sebagai bagian dari upaya mengoptimalkan penerimaan negara.

Ketua DPR Tran Thanh Man mengatakan terdapat beberapa pasal dalam UU PPN yang perlu disesuaikan dengan kondisi ekonomi saat ini. Misal, memperketat ketentuan restitusi PPN untuk mengantisipasi modus faktur pajak palsu.

"Apabila penjual belum melaporkan dan menyetorkan PPN, tempat usahanya tidak akan menerima restitusi pajak," katanya, dikutip pada Minggu (18/8/2024).

Baca Juga:
Sri Mulyani Targetkan Aturan Insentif Fiskal 2025 Rampung Bulan Ini

Man menuturkan pembahasan mengenai RUU PPN masih akan berlanjut. Sejauh ini, terdapat beberapa klausul dalam RUU PPN yang menjadi perdebatan di antaranya mengenai batasan omzet untuk pengusaha kena pajak.

Pimpinan DPR pun meminta Komite Keuangan dan Anggaran DPR terus berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan untuk membahas RUU PPN. Selain itu, pembahasan RUU PPN juga harus memperhatikan semua masukan publik.

Di sisi lain, Man mewanti-wanti ketentuan dalam RUU PPN yang disepakati tetap relevan dengan peraturan perundang-undangan yang sudah ada.

Baca Juga:
Beban Pajak Minimum Global Bisa Ditekan dengan SBIE, Apa Itu?

Sementara itu, Ketua Komite Keuangan dan Anggaran DPR Le Quang Manh menjelaskan RUU PPN memiliki 4 bab dan 18 pasal. Pada RUU juga masuk beberapa klausul baru untuk memastikan kebijakan PPN sesuai dengan kondisi ekonomi terkini.

Saat ini, sedang dibahas pula usulan pemungutan PPN atas barang impor dengan nilai kecil. Namun, sebagian anggota DPR masih mendukung pembebasan PPN terhadap barang impor yang harganya murah.

Pada peraturan yang berlaku, barang impor dengan nilai kurang dari VND1 juta atau Rp626.000 yang dikirim melalui layanan pengiriman ekspres dibebaskan dari bea masuk dan PPN. Kebijakan ini dinilai tidak relevan ketika marak transaksi melalui platform digital dan e-commerce.

Seperti dilansir baolangson.vn, ada sekitar 4 hingga 5 juta barang impor dari China yang dikirim ke Vietnam. Mayoritas barang tersebut diperdagangkan melalui e-commerce. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Jumat, 24 Januari 2025 | 19:15 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Sri Mulyani Targetkan Aturan Insentif Fiskal 2025 Rampung Bulan Ini

Jumat, 24 Januari 2025 | 19:00 WIB PMK 136/2024

Beban Pajak Minimum Global Bisa Ditekan dengan SBIE, Apa Itu?

Jumat, 24 Januari 2025 | 18:30 WIB RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI

Sengketa Pajak atas Biaya Overhead dari Luar Negeri

Jumat, 24 Januari 2025 | 18:10 WIB DDTC ACADEMY - INTENSIVE COURSE

Dibuka! Batch Terbaru Pelatihan Intensif Transfer Pricing DDTC Academy

BERITA PILIHAN
Jumat, 24 Januari 2025 | 19:15 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Sri Mulyani Targetkan Aturan Insentif Fiskal 2025 Rampung Bulan Ini

Jumat, 24 Januari 2025 | 19:00 WIB PMK 136/2024

Beban Pajak Minimum Global Bisa Ditekan dengan SBIE, Apa Itu?

Jumat, 24 Januari 2025 | 18:30 WIB RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI

Sengketa Pajak atas Biaya Overhead dari Luar Negeri

Jumat, 24 Januari 2025 | 18:10 WIB DDTC ACADEMY - INTENSIVE COURSE

Dibuka! Batch Terbaru Pelatihan Intensif Transfer Pricing DDTC Academy

Jumat, 24 Januari 2025 | 18:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Masyarakat Nonpeserta BPJS Bisa Ikut Pemeriksaan Kesehatan Gratis

Jumat, 24 Januari 2025 | 17:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Sri Mulyani: Pajak Minimum Global Bikin Iklim Investasi Lebih Sehat

Jumat, 24 Januari 2025 | 15:30 WIB PROFIL PERPAJAKAN KONGO

Seputar Aturan Perpajakan Kongo, PPN-nya Pakai Skema Multi-Tarif

Jumat, 24 Januari 2025 | 14:30 WIB AMERIKA SERIKAT

Hadiri Acara WEF, Trump Tawarkan Tarif Pajak 15 Persen untuk Investor