INDIA

Kurangi Risiko Kesehatan, Pajak Minuman Berenergi Diusulkan

Redaksi DDTCNews | Selasa, 04 Desember 2018 | 18:44 WIB
Kurangi Risiko Kesehatan, Pajak Minuman Berenergi Diusulkan

NEW DELHI, DDTCNews – Pemerintah India tengah menimbang rencana kenaikan tarif pajak dan pungutan kompensasi yang cukup tinggi pada minuman energi mengandung kafein. Ke depannya, minuman energi seperti Monster Energi dan Redbull akan dipajaki seperti halnya pada soda yang mengandung gula.

Melansir laporan dari Kementerian Keuangan India, pemerintah akan memberlakukan tarif pungutan kompensasi senilai 12%-15% pada minuman berkafein, serta mengkategorikannya ke dalam minuman lainnya nonalkohol.

“Pemerintah akan menaikkan tarif pajak pada minuman berkafein hingga menjadi 12%-15%. Pemerintah pun berencana untuk meningkatkan tarif pajak atas barang dan layanan hingga menjadi 28% atau lebih tinggi dari pajak minuman ringan yang berkisar 18%,” demikian mengutip Bloomberg Quint, Selasa (4/12).

Baca Juga:
Bertemu PM Modi, Prabowo Dorong Kesepakatan Impor Beras dari India

Lebih lanjut laporan tersebut mengungkapkan, jika rencana kebijakan disepakati maka akan menghapus anomali minuman berkafein yang dipajaki lebih rendah dari minuman bersoda seperti Coca-Cola dan Pepsi yang keduanya dikenakan pajak 40% terdiri dari 28% good and service tax (GST) dan 12% pemungutan lainnya atau kompensasi.

Aturan yang berlaku mewajibkan pemungutan kompensasi pada barang mewah seperti mobil dan barang seperti rokok. Pemungutan kompensasi itu dimanfaatkan untuk menambal hilangnya pendapatan negara pada 5 tahun pertama saat GST baru diterapkan.

Risiko kesehatan bagi anak-anak dan remaja menjadi pertimbangan pemerintah dalam menaikkan tarif pajak yang lebih tinggi pada minuman energi. Hal ini sejalan dengan kekhawatiran World Health Organization (WHO) terhadap konsumsi minuman energi yang berlebihan.

Baca Juga:
Negara Anggota BRICS Sepakat Bentuk Forum Kerja Sama Pajak

Pemerintah memprediksi upaya peningkatan tarif GST dan memberlakukan pemungutan kompensasi pada minuman energi bisa mengumpulkan pendapatan tambahan sebanyak INR1,5 miliar (senilai Rp304,37 miliar).

Namun, rancangan kebijakan pajak pada minuman energi masih akan dipertimbangkan dan didiskusikan lebih lanjut oleh Dewan GST pada sidang berikutnya. (Amu)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 19 November 2024 | 09:31 WIB KERJA SAMA PERDAGANGAN

Bertemu PM Modi, Prabowo Dorong Kesepakatan Impor Beras dari India

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 09:30 WIB KERJA SAMA INTERNASIONAL

Negara Anggota BRICS Sepakat Bentuk Forum Kerja Sama Pajak

Sabtu, 24 Agustus 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Tren Penerimaan Perpajakan Pemerintah Hindia Belanda 1817-1939

BERITA PILIHAN
Rabu, 25 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah akan Salurkan KUR Rp300 Triliun Tahun Depan

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:30 WIB PSAK 201

Item-Item dalam Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan PSAK 201

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:37 WIB KURS PAJAK 25 DESEMBER 2024 - 31 DESEMBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra