Ilustrasi. (euronews.com)
PADA abad ke-18 di Perancis, hidup tiga lelaki yang bersahabat karib. Yang pertama adalah seorang ekonom, yang kedua seorang pengumpul pajak, dan yang ketiga seorang akuntan. Kalau berkumpul, entah kenapa, ketiganya sering membuat onar. Ada saja keributan dibikinnya.
Suatu malam, ketiganya berkumpul di sebuah café. Mereka bermain lempar koin, dan tak lama meledaklah keributan itu. Seorang perempuan pelayan café yang tak tahu apa-apa harus kehilangan nyawanya karena tersedak koin yang dibuat mainan ketiga sahabat tersebut.
Polisi lalu membawa ketiga sahabat itu ke pengadilan. Tuduhannya, melakukan perbuatan yang mengakibatkan nyawa orang lain melayang. Setelah memeriksa saksi dan bukti, hakim memutuskan menghukum ketiganya dengan pancung guillotine. “Mata harus dibalas mata,” kata hakim.
Pada hari yang telah ditentukan, ketiga lelaki tersebut mengantre di depan guillotine, di hadapan ratusan warga. Raja Perancis Louis XVI bertindak selaku pemimpin upacara penghukuman. Lelaki pertama, ekonom tadi, perlahan melangkah menempatkan kepalanya di lubang.
Lalu algojo melepaskan guillotine, dan ajaib, guillotine berhenti beberapa senti di atas leher lelaki tersebut. Menyaksikan itu, Raja Louis XVI pun langsung berkata. “Di bawah hukum negara kita, jika guillotine gagal melakukan tugasnya, maka Anda dinyatakan bebas.”
Ekonom ini pun bangkit. Ia lega bukan kepalang. Ia selamat.
Lelaki kedua, seorang pengumpul pajak, kemudian mengambil tempatnya. Setelah algojo melepas guillotine, aneh bin ajaib, guillotine itu kembali berhenti beberapa senti di atas lehernya. Raja, yang keheranan, terpaksa kembali berkata.
“Di bawah hukum negara kita, jika guillotine gagal melakukan tugasnya, maka Anda dinyatakan bebas.”
Pengumpul pajak ini pun bangun. Ia memeluk sahabatnya ekonom tadi dan menangis terharu karena lolos dari hukuman pancung guillotine.
Tiba giliran lelaki ketiga, seorang akuntan. Ia pun menempatkan kepalanya di lubang guillotine, dan mendongak. Setelah diam sejenak, sebelum algojo melepaskan guillotine-nya, ia berkata. “Tunggu sebentar. Aku pikir aku melihat apa masalahnya..” (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.