Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto saat memberikan paparan, Senin (17/10/2022).
JAKARTA, DDTCNews - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada September 2022 kembali mengalami surplus sampai dengan US$4,99 miliar.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan surplus neraca perdagangan telah terjadi dalam 29 bulan terakhir secara berturut-turut. Ekspor tercatat mencapai US$24,8 miliar dan impor mencapai US$19,81 miliar.
"Neraca perdagangan sampai dengan September 2022 ini telah membukukan surplus selama 29 bulan berturut-turut, kalau kita lihat sejak Mei 2020," katanya, Senin (17/10/2022).
Setianto menuturkan surplus neraca perdagangan pada September 2022 senilai US$4,99 miliar, terutama berasal dari sektor nonmigas senilai US$7,09 miliar, tetapi tereduksi defisit sektor migas senilai US$2,10 miliar.
Nilai ekspor pada September 2022 yang mencapai US$24,80 miliar mengalami kenaikan sebesar 20% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Ekspor nonmigas tercatat mencapai US$23,48 miliar, atau naik 19% secara tahunan.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari hingga September 2022 mencapai US$219,35 miliar, naik 34% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Khusus ekspor nonmigas, angkanya tercatat naik 33%.
Berdasarkan sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan pada Januari hingga September 2022 naik 22%. Demikian pula pada ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan yang naik 15% serta ekspor hasil tambang dan lainnya naik 92%.
China menjadi tujuan negara dengan nilai ekspor terbesar, yaitu US$6,16 miliar. Disusul Amerika Serikat (AS) sejumlah US$2,11 miliar dan Jepang US$2,10 miliar. Kontribusi dari ketiga negara itu mencapai 44% dari total ekspor.
Dari sisi impor, nilainya mencapai US$19,81 miliar pada September 2022, naik 22% dibandingkan dengan September 2021. Impor migas tercatat US$3,43 miliar, naik 84% secara tahunan dan impor nonmigas mencapai US$16,38 miliar, naik 14%.
Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari hingga September 2022, yaitu China senilai US$50,29 miliar atau 34% dari total impor barang nonmigas, diikuti Jepang US$12,65 miliar dan Thailand US$8,52 miliar.
Selanjutnya, menurut golongan penggunaan barang, Setianto menyebut terjadi kenaikan impor pada barang konsumsi sebesar 4% secara tahunan. Lalu, kenaikan impor bahan baku/penolong mencapai 32% dan barang modal 32%.
"Pada periode Januari sampai dengan September 2022 ini, nilai impor tertinggi terjadi pada bahan baku/penolong yaitu US$138,46 miliar," ujarnya.
Tambahan informasi, kontribusi impor bahan baku/penolong mencapai 77% dari total impor pada Januari hingga September 2022. Sementara itu, kontribusi impor barang modal mencapai 15% dan konsumsi 8%. (rig)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.