AUSTRALIA

Dorong Pemulihan Ekonomi, Kebijakan Pajak Belum Jadi Pilihan

Redaksi DDTCNews | Kamis, 23 April 2020 | 11:55 WIB
Dorong Pemulihan Ekonomi, Kebijakan Pajak Belum Jadi Pilihan

Ilustrasi.

CANBERRA, DDTCNews—Instrumen pajak berupa pemangkasan tarif PPh badan dan menaikkan tarif PPN belum akan menjadi pilihan pemerintah Australia dalam memulihkan ekonomi akibat pandemi virus Corona atau Covid-19.

Neville Power, Ketua Komite Koordinasi Nasional Covid-19, meyakini kebijakan dalam menggenjot investasi di Australia lebih memberikan dampak lebih cepat dalam pemulihan ekonomi ketimbang merombak kebijakan pajak secara luas.

“Kita harus melihat aspek-aspek yang memberikan insentif kepada pelaku usaha untuk berinvestasi di Australia,” katanya Kamis (23/4/2020).

Baca Juga:
Cari Tambahan Penerimaan, Negara ini Rombak Regulasi Pajak Warisan

Berdasarkan catatan Neville, reformasi pajak selama ini terutama pemangkasan tarif PPh Badan kerap dilakukan tanpa target yang terukur. Untuk itu, ia menganggap kebijakan ke depan seharusnya dibuat lebih spesifik, terutama dalam meningkatkan investasi.

Desakan menurunkan tarif PPh Badan datang dari para pelaku usaha. Mereka meminta tarif diturunkan dari 30% menjadi 25%. Meski begitu, Perdana Menteri Australia Scott Morisson belum merespons permintaan tersebut.

Perubahan kebijakan pajak memang tidak bisa sembarangan, apalagi kebijakan dalam skala besar seperti penurunan tarif PPh Badan. Menurut pemerintah, kebijakan pajak tersebut bisa menimbulkan debat politik yang cukup panjang.

Baca Juga:
Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Menguat Atas Nyaris Semua Mata Uang Mitra

Oleh karena itu, pemerintah cenderung lebih memilih proposal lain yang non-pajak karena lebih mengakomodir semua kepentingan.

Menteri Keuangan Josh Frydenberg menuturkan pemerintah tidak akan mengubah kebijakan PPN untuk menggenjot penerimaan negara pasca pandemi. Meski begitu, ia masih membuka ide baru di bidang perpajakan dalam pemulihan ekonomi.

“Kami ingin benar-benar melakukan reformasi pajak. Secara lebih luas mereformasi untuk meningkatkan produktivitas, keterampilan tenaga kerja, pendidikan dan hubungan industrial yang lebih baik,” tutur Josh dilansir Sydney Morning Herald. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 23 Oktober 2024 | 09:33 WIB KURS PAJAK 23 OKTOBER 2024 - 29 OKTOBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Menguat Atas Nyaris Semua Mata Uang Mitra

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

BERITA PILIHAN
Rabu, 23 Oktober 2024 | 15:00 WIB KAMUS KEPABEANAN

Apa Itu Klinik Ekspor?

Rabu, 23 Oktober 2024 | 14:10 WIB PELATIHAN PROFESI PAJAK INTERNASIONAL

Diakui CIOT, DDTC Academy Buka Lagi Kelas Persiapan ADIT

Rabu, 23 Oktober 2024 | 14:00 WIB KABUPATEN KEBUMEN

Pemda Bikin Samsat Khusus untuk Perbaiki Kepatuhan Pajak Warga Desa

Rabu, 23 Oktober 2024 | 13:00 WIB CORETAX SYSTEM

Setelah Diimplementasikan, DJP Akan Tetap Sediakan Edukasi Coretax

Rabu, 23 Oktober 2024 | 12:00 WIB LITERATUR PAJAK

4 Kunci Strategis Cegah Sengketa Pajak, Selengkapnya Baca Buku Ini

Rabu, 23 Oktober 2024 | 11:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Piloting Modul Impor-Ekspor Barang Bawaan Penumpang Tahap III Dimulai

Rabu, 23 Oktober 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dasar DJP dalam Menetapkan Status Suspend terhadap Sertel Wajib Pajak

Rabu, 23 Oktober 2024 | 10:30 WIB PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Adakan Pemutihan Pajak Kendaraan, Pemprov Targetkan Raup Rp105 Miliar

Rabu, 23 Oktober 2024 | 10:00 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Beberkan Alasan Pembentukan Badan Aspirasi Masyarakat