KEBIJAKAN PAJAK

Beralih Pakai Tarif PPN Umum, PKP BHPT Harus Beri Tahu KPP Dahulu

Redaksi DDTCNews | Jumat, 17 Mei 2024 | 19:45 WIB
Beralih Pakai Tarif PPN Umum, PKP BHPT Harus Beri Tahu KPP Dahulu

Ilustrasi.

JAKARTA, DDTCNews – Pengusaha kena pajak (PKP) yang memungut dan menyetorkan PPN atas barang hasil pertanian tertentu (BHPT) menggunakan besaran tertentu dapat beralih untuk memungut PPN dengan tarif umum.

Merujuk pada Pasal 5 ayat (4) PMK 64/2022, PKP yang beralih memungut PPN yang terutang dengan tarif umum harus menyampaikan pemberitahuan kepada kepala kantor pelayanan pajak (KPP) tempat PKP dikukuhkan.

“Pemberitahuan disampaikan paling lambat pada saat batas waktu penyampaian SPT Masa PPN masa pajak pertama setelah berakhirnya tahun pajak yang menggunakan besaran tertentu,” bunyi penggalan Pasal 5 ayat (5) PMK 64/2022, dikutip pada Jumat (17/5/2024).

Baca Juga:
Catat! Pengkreditan Pajak Masukan yang Ditagih dengan SKP Tak Berubah

Untuk diperhatikan, pemberitahuan penggunaan tarif PPN umum dari sebelumnya menggunakan besaran tertentu disampaikan secara elektronik melalui saluran tertentu yang disediakan dan/atau ditentukan oleh Ditjen Pajak (DJP).

Lebih lanjut, kewajiban memungut PPN yang terutang dengan tarif umum atas barang hasil pertanian tertentu itu mulai berlaku pada masa pajak pertama setelah berakhirnya tahun pajak yang memakai besaran tertentu

Jika telah beralih memungut PPN dengan tarif umum, PKP bersangkutan tak bisa kembali memungut dan menyetorkan PPN yang terutang atas penyerahan barang hasil pertanian tertentu dengan besaran tertentu untuk masa pajak dan tahun pajak berikutnya.

Baca Juga:
Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Seperti diketahui, PKP yang melakukan kegiatan penyerahan barang hasil pertanian tertentu dapat menggunakan besaran tertentu untuk memungut dan menyetorkan PPN yang terutang. Tarif PPN dengan besaran tertentu ini ditetapkan sebesar 1,1% dari harga jual.

Apabila menggunakan besaran tertentu, pajak masukan atas perolehan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP), impor BKP, serta pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean sehubungan dengan kegiatan penyerahan barang hasil pertanian tertentu tidak dapat dikreditkan.

Tambahan informasi, dalam bagian lampiran PMK 64/2022, terdapat daftar 41 barang hasil pertanian tertentu yang dikenakan PPN dengan besaran tertentu atau biasa disebut dengan PPN final. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

BERITA PILIHAN
Rabu, 25 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah akan Salurkan KUR Rp300 Triliun Tahun Depan

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:30 WIB PSAK 201

Item-Item dalam Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan PSAK 201

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:37 WIB KURS PAJAK 25 DESEMBER 2024 - 31 DESEMBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra