ADMINISTRASI PAJAK

Akselerasi Layanan Elektronik, DJP Harap Makin Mudahkan Wajib Pajak

Nora Galuh Candra Asmarani | Rabu, 13 Oktober 2021 | 13:30 WIB
Akselerasi Layanan Elektronik, DJP Harap Makin Mudahkan Wajib Pajak

Kepala Subdirektorat Penyuluhan Perpajakan DJP Inge Diana Rismawanti dalam webinar bertajuk Tax Innovation and Tax Impacts of IFRS 9, 15, and 16 on Tax Reporting for Indonesian Property Sector, Rabu (13/10/2021).

JAKARTA, DDTCNews – Guna merespons era disrupsi teknologi, Ditjen Pajak (DJP) akan terus melakukan berbagai macam inovasi teknologi dalam pelayanan perpajakan.

Kepala Subdirektorat Penyuluhan Perpajakan DJP Inge Diana Rismawanti mengatakan inovasi yang telah dilakukan DJP di antaranya mentransformasikan berbagai layanan menjadi serba elektronik dan mengembangkan sistem administrasi perpajakan yang modern.

“Pandemi mengakselerasi penerapan berbagai layanan elektronik. Diharapkan layanan elektronik ini mempermudah wajib pajak melaksanakan kewajiban dengan benar sesuai ketentuan yang berlaku,” katanya, Rabu (13/10/2021).

Baca Juga:
WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Transformasi digital, sambung Inge, membuat DJP menjadi data-driven organization. Sebab, inovasi teknologi membuat segala proses bisnis DJP berbasis pada data yang dimiliki. Basis data yang memadai juga tentu mendukung kegiatan pelayanan, pengawasan, hingga edukasi pajak.

“Sehingga segala sesuatu dipergunakan atau dilaksanakan sesuai data yang dimiliki, tidak semena-mena sebagai petugas pajak bisa melakukan pengawasan. Kami berupaya memanfaatkan data yang diperoleh pihak ketiga,” jelasnya.

Inge menuturkan inovasi teknologi membuat layanan elektronik yang diberikan DJP makin beragam. Mulai dari pendaftaran, pelaporan, hingga pembayaran. Segala layanan itu diberikan melalui e-reg, e-filing, e-billing, e-bupot, e-form, dan e-faktur yang sudah dikembangkan DJP.

Baca Juga:
DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selain itu, DJP juga tengah mengembangkan program layanan click, call, dan counter (3C). Layanan click merujuk pada layanan yang berbasis pada sistem. Selanjutnya, layanan call merupakan layanan contact center yang dinaungi agen dari DJP.

Layanan call terbagi menjadi dua. Pertama, inbound call yang dapat digunakan wajib pajak. Kedua, outbound call yang digunakan agent DJP untuk menelepon wajib pajak. Telepon tersebut di antaranya dimaksudkan untuk mengingatkan tanggal jatuh tempo pelaporan, penagihan, atau survei.

Ketiga, layanan counter. Menurut Inge, layanan ini menjadi pintu terakhir bagi wajib pajak untuk menerima layanan dari petugas pajak. Dengan program 3C, layanan yang diberikan secara luring pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) akan diminimalkan.

Baca Juga:
Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

“Kami berharap ke depan makin berkurang jumlah layanan yang dilakukan di KPP karena sekarang mengarah ke online. Kalau sesuai dengan rencana, tahun 2024 hanya sekitar 24 layanan yang di KPP, selebihnya beralih pada click atau call,” tuturnya.

Sekadar informasi, webinar bertajuk Tax Innovation and Tax Impacts of IFRS 9, 15, and 16 on Tax Reporting for Indonesian Property Sector ini digelar oleh Tax Center Universitas Pembangunan Jaya (UPJ). Webinar juga turut menggandeng DDTC sebagai media partner.

Sementara itu, Dekan Fakultas Humaniora dan Bisnis UPJ Clara Evi Citraningtyas mengapresiasi digelarnya webinar tersebut. Dia berharap webinar yang rutin diselenggarakan ini dapat membentuk generasi emas yang sadar pajak. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

14 Oktober 2021 | 15:54 WIB

informasi tentang agenda webinar bisa dilihat di kanal komunitas bagian agenda di ddtcnews kok

14 Oktober 2021 | 08:19 WIB

Jika diperkenankan untuk bergabung, mohon informasi kegiatan webinar selanjutnya. Terima kasih.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:45 WIB KABINET MERAH PUTIH

Tak Lagi Dikoordinasikan oleh Menko Ekonomi, Kemenkeu Beri Penjelasan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja