KEBIJAKAN PAJAK

Ajukan Insentif Restitusi PPN Dipercepat, PKP Tetap Diteliti DJP

Muhamad Wildan | Rabu, 10 November 2021 | 14:30 WIB
Ajukan Insentif Restitusi PPN Dipercepat, PKP Tetap Diteliti DJP

Ilustrasi.

JAKARTA, DDTCNews - Ditjen Pajak (DJP) tetap melakukan penelitian terhadap pengusaha kena pajak (PKP) berisiko rendah yang mengajukan restitusi PPN dipercepat PMK 9/2021 s.t.d.t.d PMK 149/2021.

Merujuk pada lampiran Surat Edaran Dirjen Pajak SE-44/PJ/2021, fungsional penyuluh pajak atau fungsional asisten penyuluh pajak akan melakukan penelitian untuk pengembalian pendahuluan atas kelebihan pembayaran pajak bagi PKP berisiko rendah.

"Penelitian atas pemenuhan kewajiban formal dan materiil dilakukan melalui aplikasi yang disediakan oleh DJP," sebut DJP dalam lampiran SE-44/PJ/2021, dikutip pada Rabu (10/11/2021).

Baca Juga:
PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Bila penelitian belum dapat dilakukan melalui aplikasi, penelitian dilakukan berdasarkan data dan informasi yang tersedia dalam sistem informasi DJP.

Penelitian atas pemenuhan kewajiban formal dilakukan berdasarkan data yang tersedia dalam menu profil wajib pajak pada sistem informasi DJP atau Approweb.

Tak hanya itu, penelitian juga dilakukan atas pajak masukan yang dikreditkan dana pajak masukan yang dibayar sendiri oleh PKP pemohon berdasarkan data pada aplikasi portal DJP.

Baca Juga:
WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Setelah penelitian dilakukan, fungsional penyuluh atau asisten penyuluh pajak akan membuat konsep laporan penelitian restitusi dipercepat beserta konsep surat keputusan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak (SKPPKP).

Laporan penelitian dan konsep SKPPKP akan disampaikan kepada kepala KPP untuk ditelaah dan disetujui. Setelah disetujui, kepala KPP akan memerintahkan kepada kepala seksi pelayanan untuk mencetak SKPPKP.

Untuk diketahui, insentif restitusi PPN dipercepat merupakan salah satu insentif yang diberikan oleh pemerintah melalui PMK 9/2021 s.t.d.t.d PMK 149/2021. Insentif tersebut dapat dimanfaatkan oleh 229 klasifikasi lapangan usaha (KLU) yang terlampir pada PMK 149/2021. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN