THAILAND

Tebar Insentif, Negara Ini Yakin Untung Besar dari Perang Dagang

Dian Kurniati | Sabtu, 18 Januari 2020 | 15:06 WIB
Tebar Insentif, Negara Ini Yakin Untung Besar dari Perang Dagang

Salah satu sudut di Kota Bangkok, Thailand

BANGKOK, DDTCNews - Pemerintah Thailand optimistis menjadi yang paling diuntungkan atas kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat-China, dengan jurus mengucurkan banyak insentif pajak untuk para investor.

Kocstak Pootrakool, Penasihat Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, mengatakan Thailand berpeluang menarik lebih banyak investor asing, setelah terjalin kesepakatan antara Presiden AS Donald Trump dan utusan perdagangan utama Beijing.

"Terima kasih Presiden Trump," kata Pootrakool, Jumat (17/01/2020).

Pootrakool mengatakan pemerintah akan menawarkan diskon pajak yang lebih besar sekaligus melonggarkan batasan untuk investor agar iklim bisnis di Thailand lebih menarik.

Keringanan pajak tersebut terutama diberikan pada sektor industri prioritas, seperti manufaktur yang menyerap banyak tenaga kerja. Insentif juga siap diberikan pada industri yang mengusung teknologi canggih, seperti pencetakan tiga dimensi (3-D).

Selain menebar insentif pajak, strategi lain dari Thailand untuk menarik investasi adalah merampingkan prosedur imigrasi, yang selama ini dianggap memberatkan pekerja asing.

“Trump dan perang dagang hanyalah faktor percepatan. Ada banyak hal yang perlu kita lakukan secara internal,” tambah Direktur Jenderal Kebijakan dan Strategi Perdagangan, Kementerian Perdagangan, Pimchanok Vonkorpon.

Dalam menarik investasi, Thailand akan bersaing ketat dari negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Indonesia, Taiwan, dan Vietnam. Mengutip khaosodenglish.com, kesepakatan perdagangan AS-China menjadi fase baru setelah kedua negara melakukan perang tarif sejak 2018.

Meski telah ada kesepakatan, menurut Pootrakool, Thailand tetap berpotensi menjadi negara tujuan pemindahan perusahaan-perusahaan dari China. Alasannya, investor selalu berpikir jangka panjang, serta tetap mewaspadai berbagai risiko.

Baca Juga:
Konsumsi Kelas Menengah Stabil, Ekonomi Diprediksi Tumbuh di Atas 5%

Sepanjang 2019, banyak perusahaan China yang datang berinvestasi ke Thailand, terutama produsen alat elektronik. Nilainya mencapai Th฿8,6 miliar atau US$280 juta, jauh di atas Jepang yang hanya Th฿2,4 miliar atau US$79 juta.

Beberapa perusahaan tersebut bahkan berasal dari Thailand yang telah pindah ke China, tapi akhirnya memilih untuk kembali. (Bsi)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Sabtu, 19 Oktober 2024 | 14:00 WIB PEREKONOMIAN INDONESIA

Konsumsi Kelas Menengah Stabil, Ekonomi Diprediksi Tumbuh di Atas 5%

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 09:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Sudah Ada Banyak Insentif Pajak, DJP Ingin Daya Saing UMKM Meningkat

Kamis, 17 Oktober 2024 | 09:05 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Tersisa 2 Bulan untuk Manfaatkan PPN Rumah 100% Ditanggung Pemerintah

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN