Foto: bbc.com
WASHINGTON, DDTCNews – Sejak 2020, pemerintah Amerika Serikat (AS) telah berkali-kali menyerukan keinginannya untuk membuat program pajak yang menargetkan kelompok miliarder.
Namun, rencana ini mendapat komentar pedas dari Elon Musk. Dia mengatakan bahwa Biden tidak akan berani menerapkan program tersebut lantaran berpotensi mengecewakan para pendukung kampanyenya yang berasal dari kalangan miliarder.
"Saya setuju untuk mengelaborasi skema-skema penghindaran pajak , tetapi menindaklanjutinya akan mengecewakan banyak pendonor dana kampanye. Jadi, kita hanya akan melihat kata-kata, tetapi tidak ada tindakan," cuitnya di Twitter, dikutip pada Minggu (25/6/2023).
Mulanya, Presiden AS Joe Biden menuliskan dalam akun Twitter resminya bahwa sudah waktunya bagi orang-orang superkaya untuk mulai membayar bagian pajaknya secara adil. Cuitan itu ternyata direspons oleh Musk.
Menurut Musk, rencana Biden untuk meraup lebih banyak pajak dari masyarakat terkaya di AS tersebut tidak akan berjalan. Sebab, banyak pendonor kampanye Biden yang justru merupakan golongan miliarder.
Selain itu, ia juga menambahkan rencana Biden untuk menaikkan tarif pajak penghasilan (PPh) justru akan membebankan masyarakat berpenghasilan rendah hingga menengah. Sebab, kelompok tersebut dinilai tidak bisa lepas dari PPh atas gaji.
“Mereka yang sebenarnya akan dipaksa memikul beban kelebihan pengeluaran pemerintah adalah mereka yang berpenghasilan rendah hingga menengah karena mereka tidak bisa lepas dari pajak gaji,” katanya dikutip dari nypost.com.
Sebagai informasi, Elon Musk merupakan seorang CEO dari perusahaan Tesla Motors dan Twitter. Sampai saat ini, kekayaan bersih Elon Musk diketahui mencapai US$234,4 miliar atau setara dengan Rp3.514,48 triliun. (rig)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.