DEPRESIASI RUPIAH

Situasi Global Makin Ruwet, Darmin Sebut Tekanan Belum Bisa Reda

Redaksi DDTCNews | Jumat, 05 Oktober 2018 | 13:59 WIB
Situasi Global Makin Ruwet, Darmin Sebut Tekanan Belum Bisa Reda

Menko Perekonomian Darmin Nasution.

JAKARTA, DDTCNews – Gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diproyeksi masih akan terus berlanjut. Tekanan pada nilai tukar rupiah belum akan reda dalam jangka pendek.

Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan situasi ekonomi global yang tidak pasti berpengaruh pada nilai tukar rupiah. Normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS), setelah adanya pemangkasan pajak, menjadi pemicu utama. Ini berpengaruh pada perbaikan ekonomi AS.

“Dalam waktu yang relatif singkat, ekonomi Amerika entah bagaimana memang bagus,” katanya seusai rapat dengan Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, dan Ketua Dewan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Kantor Kemenkeu, Jumat (5/10/2018).

Baca Juga:
Jaga Inflasi Terkendali, BI Putuskan Suku Bunga Acuan Tetap 6 Persen

Selain itu, adanya kebijakan-kebijakan lain dalam kerangka proteksionisme perdagangan semakin memperburuk keadaan. Perang dagang dengan beberapa negara, terutama China semakin memperkuat ketidakpastian ekonomi global.

Nilai kurs tengah Bank Indonesia (Jisdor) pada hari ini dipatok Rp15.182 per dollar AS, melemah dari posisi sebelumnya Rp15.133 per dolar AS. Di pasar spot, menilik data Bloomberg pukul 13.30 WIB, rupiah berada di level Rp15.187 per dolar AS.

Tidak berhenti pada perang dagang antara AS dan China, implikasi ketegangan ini juga mengubah pola kerja sama perdagangan antarnegara. Mencuatnya semangat proteksionisme akhirnya memunculkan kerja sama baru dalam skala yang regional.

Baca Juga:
Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Berlanjut Melemah terhadap Dolar AS

Salah satu contoh kerja sama baru tersebut adalah rencana kesepakatan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) antara Asean dengan 6 negara mitra seperti Jepang, Korsel, India, China, Australia dan Selandia Baru.

“Perang dagang bukan makin reda. Mereka justru makin variatif kembangkan berbagai cara. Sehingga, tidak sekedar kenakan tarif, ada yang mau bikin perjanjian baru untuk mengurangi [hambatan]. Jadi, situasi semakin runyam dan ruwet,” imbuh Darmin. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 16 Oktober 2024 | 15:10 WIB KEBIJAKAN MONETER

Jaga Inflasi Terkendali, BI Putuskan Suku Bunga Acuan Tetap 6 Persen

Rabu, 16 Oktober 2024 | 10:01 WIB KURS PAJAK 16 OKTOBER 2024 - 22 OKTOBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Berlanjut Melemah terhadap Dolar AS

Rabu, 09 Oktober 2024 | 09:00 WIB KURS PAJAK 09 OKTOBER 2024 - 15 OKTOBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah Terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra

Senin, 07 Oktober 2024 | 10:45 WIB KEBIJAKAN MONETER

Pemerintah Bayar Utang Luar Negeri, Cadangan Devisa Turun Tipis

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN