BELGIA

Siap Reformasi, 3 Negara Ini Keluar Dari Daftar Suaka Pajak

Redaksi DDTCNews | Minggu, 10 Oktober 2021 | 12:00 WIB
Siap Reformasi, 3 Negara Ini Keluar Dari Daftar Suaka Pajak

Ilustrasi.

BRUSSELS, DDTCNews - Dewan Uni Eropa mengeluarkan tiga yurisdiksi dari daftar negara non-kooperatif untuk tujuan perpajakan yaitu Anguilla, Dominika dan Seychelles.

Dewan Uni Eropa menyatakan ketiga negara tersebut masuk dalam kategori state of play atau daftar yurisdiksi yang belum mematuhi semua standar pajak internasional, tetapi berkomitmen menerapkan prinsip tata kelola pajak yang baik.

"Anguilla, Dominika, dan Seychelles kini masuk dalam kategori state of play,” sebut dewan dalam keterangan resmi, Minggu (10/10/2021).

Baca Juga:
Sri Mulyani Targetkan Aturan Insentif Fiskal 2025 Rampung Bulan Ini

Selain ketiga negara tersebut, negara lainnya yang saat ini sudah masuk dalam kategori state of play Uni Eropa tersebut antara lain Kosta Rika, Hong Kong, Malaysia, Makedonia Utara, Qatar, dan Uruguay.

Sementara itu, negara yang sudah lolos kategori state of play dan menerapkan seluruh standar pajak internasional adalah Australia, disusul Maladewa dan Eswatini.

Dewan menyebutkan Anguilla, Dominika, dan Seychelles sebelumnya masuk dalam daftar negara nonkooperatif lantaran tidak patuh dalam kriteria transparansi pajak Uni Eropa. Saat ini, jumlah yurisdiksi yang masuk daftar negara nonkoopearitf tinggal 9 negara.

Baca Juga:
Beban Pajak Minimum Global Bisa Ditekan dengan SBIE, Apa Itu?

Negara-negara yang masuk dalam daftar negara nonkooperatif untuk tujuan perpajakan tersebut antara lain Samoa Amerika, Fiji, Guam, Palau, Panama, Samoa, Trinidad dan Tobago, US Virgin Islands, dan Vanuatu.

"Daftar yurisdiksi non-kooperatif untuk tujuan perpajakan merupakan praktik untuk mempromosikan tata kelola perpajakan internasional yang baik," jelas dewan.

Dewan menegaskan daftar negara suaka pajak akan terus diperbarui secara berkala. Daftar tersebut menjadi ukuran Uni Eropa menilai proses reformasi pajak pada negara yang menjadi alat melakukan praktik penghindaran pajak agresif.

"Dewan terlibat dengan negara yang tidak memenuhi kriteria ini, dengan memantau kemajuan secara teratur dan memperbarui daftar ini [yurisdiksi non-kooperatif]," sebut dewan. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Jumat, 24 Januari 2025 | 19:15 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Sri Mulyani Targetkan Aturan Insentif Fiskal 2025 Rampung Bulan Ini

Jumat, 24 Januari 2025 | 19:00 WIB PMK 136/2024

Beban Pajak Minimum Global Bisa Ditekan dengan SBIE, Apa Itu?

Jumat, 24 Januari 2025 | 18:30 WIB RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI

Sengketa Pajak atas Biaya Overhead dari Luar Negeri

Jumat, 24 Januari 2025 | 18:10 WIB DDTC ACADEMY - INTENSIVE COURSE

Dibuka! Batch Terbaru Pelatihan Intensif Transfer Pricing DDTC Academy

BERITA PILIHAN
Jumat, 24 Januari 2025 | 19:15 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Sri Mulyani Targetkan Aturan Insentif Fiskal 2025 Rampung Bulan Ini

Jumat, 24 Januari 2025 | 19:00 WIB PMK 136/2024

Beban Pajak Minimum Global Bisa Ditekan dengan SBIE, Apa Itu?

Jumat, 24 Januari 2025 | 18:30 WIB RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI

Sengketa Pajak atas Biaya Overhead dari Luar Negeri

Jumat, 24 Januari 2025 | 18:10 WIB DDTC ACADEMY - INTENSIVE COURSE

Dibuka! Batch Terbaru Pelatihan Intensif Transfer Pricing DDTC Academy

Jumat, 24 Januari 2025 | 18:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Masyarakat Nonpeserta BPJS Bisa Ikut Pemeriksaan Kesehatan Gratis

Jumat, 24 Januari 2025 | 17:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Sri Mulyani: Pajak Minimum Global Bikin Iklim Investasi Lebih Sehat

Jumat, 24 Januari 2025 | 15:30 WIB PROFIL PERPAJAKAN KONGO

Seputar Aturan Perpajakan Kongo, PPN-nya Pakai Skema Multi-Tarif

Jumat, 24 Januari 2025 | 14:30 WIB AMERIKA SERIKAT

Hadiri Acara WEF, Trump Tawarkan Tarif Pajak 15 Persen untuk Investor