MALAYSIA

Produsen Manufaktur Malaysia Ramai Tuntut Insentif Tambahan untuk UMKM

Dian Kurniati | Kamis, 25 Juli 2024 | 11:30 WIB
Produsen Manufaktur Malaysia Ramai Tuntut Insentif Tambahan untuk UMKM

Ilustrasi. Sejumlah pekerja menyelesaikan pembuatan pakaian di salah satu pabrik garmen di Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (15/1/2023). ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/nz.

KUALA LUMPUR, DDTCNews - Federasi Produsen Malaysia (Federation of Malaysian Manufacturers/FMM) mendesak pemerintah memberikan pengurangan pajak tambahan untuk UMKM.

Presiden FMM Tan Sri Soh Thian Lai mengatakan pemberian insentif tambahan ini akan mendukung adopsi Industri 4.0 (IR4) oleh industri dalam negeri. Melalui insentif fiskal, inovasi UMKM dinilai akan meningkat.

"Hal ini sangat relevan bagi UMKM karena UMKM mencakup 97,5% dari total bisnis yang ada di Malaysia atau hampir 1,3 juta perusahaan," katanya, dikutip pada Kamis (25/7/2024).

Baca Juga:
Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra

Soh mengatakan FMM mengusulkan agar pemerintah memberikan pengurangan pajak berganda bagi perusahaan dalam negeri yang mengadopsi IR4 dan teknologi digitalisasi di bidang kecerdasan buatan (AI), big data, robot otonom dan sistem robot manufaktur, industri Internet of Things, komputasi awan, keamanan siber, integrasi sistem, serta sistem manajemen gudang cerdas.

Pengurangan pajak berganda harus mencakup keringanan pajak yang dapat digunakan untuk mengimbangi penghasilan kena pajak untuk proyek IR4 dan digitalisasi yang disetujui oleh pemerintah.

Kemudian, FMM mengusulkan agar pemerintah memperkenalkan insentif pajak baru untuk pembuatan sistem AI dan robotika pada proses produksi.

Baca Juga:
Negara Tetangga Ini Bakal Bebaskan Hutan Mangrove dari Pajak

Pemerintah pun diminta memberikan percepatan tunjangan modal untuk sistem AI dan robotika hingga pengeluarannya memenuhi syarat sebesar RM5 juta untuk UMKM yang menerapkan sistem manufaktur AI dan robotika mulai 1 Januari 2025.

Guna mendukung UMKM lokal dan mempercepat adopsi IR4 oleh industri dan proses digitalisasi, FMM pun mengusulkan bank menawarkan pembiayaan adopsi teknologi dengan tingkat bunga lebih rendah yaitu 2% untuk pinjaman dengan jangka waktu pengembalian minimal 5 tahun.

Menyinggung soal teknologi 5G, Soh mengatakan industri dalam negeri tidak mau berinvestasi pada 5G untuk pabrik mereka, dengan alasan biaya tinggi sebagai alasan utamanya.

"Jika pemerintah dapat menawarkan pengurangan pajak berganda untuk jenis investasi ini, hal ini akan mendorong mereka secara signifikan," ujarnya dilansir thesun.my. (sap)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 25 Desember 2024 | 09:37 WIB KURS PAJAK 25 DESEMBER 2024 - 31 DESEMBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:30 WIB THAILAND

Negara Tetangga Ini Bakal Bebaskan Hutan Mangrove dari Pajak

Senin, 23 Desember 2024 | 17:30 WIB KABUPATEN SIDOARJO

Veteran dan Pensiunan Dapat Insentif, Setoran PBB Tetap Capai Target

BERITA PILIHAN
Rabu, 25 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah akan Salurkan KUR Rp300 Triliun Tahun Depan

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:30 WIB PSAK 201

Item-Item dalam Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan PSAK 201

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:37 WIB KURS PAJAK 25 DESEMBER 2024 - 31 DESEMBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra