PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (6)

Begini Proses Pemungutan PPnBM dan Pihak yang Memungut

Hamida Amri Safarina | Kamis, 03 Desember 2020 | 14:26 WIB
Begini Proses Pemungutan PPnBM dan Pihak yang Memungut

PEMUNGUTAN pajak merupakan kegiatan memungut sejumlah pajak yang terutang atas suatu transaksi. Pada artikel sebelumnya telah diuraikan contoh penghitungan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM).

Selanjutnya, artikel ini menjelaskan mengenai mekanisme pemungutan PPnBM. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang No. 8 Tahun 1983 s.t.d.t.d. Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN) menyatakan sebagai berikut:

“Pajak Penjualan atas Barang Mewah dikenakan hanya 1 (satu) kali pada waktu penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah oleh pengusaha yang menghasilkan atau pada waktu impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah
(dengan tambahan penekanan)

Baca Juga:
Ada Fasilitas KITE, Menko Airlangga Ingin Daya Saing UMKM Meningkat

Selanjutnya, penjelasan pasal tersebut menyebutkan pengertian umum dari pajak masukan hanya berlaku pada PPN dan tidak dikenal dalam pemungutan PPnBM. Oleh karena itu, PPnBM yang telah dibayar tidak dapat dikreditkan dengan PPnBM yang terutang.

Dengan demikian, prinsip pemungutannya hanya satu kali saja, yaitu pada waktu penyerahan oleh pabrikan atau produsen barang kena pajak (BKP) yang tergolong mewah atau impor BKP yang tergolong mewah. Penyerahan BKP yang tergolong mewah pada tingkat berikutnya tidak lagi dikenakan PPnBM.

Pada dasarnya, mekanisme pemungutan PPnBM sama dengan proses pemungutan PPN. Secara umum, mekanisme pemungutan PPnBM tersebut terbagi menjadi dua, yaitu pemungutan PPnBM oleh pengusaha kena pajak (PKP) dan pemungutan PPnBM oleh pemungut.

Baca Juga:
Bangun Sistem Pajak Berkeadilan, Civil Society Perlu Pahami Isu Pajak

Pemungutan PPnBM oleh PKP dilakukan saat penyerahan BKP yang tergolong mewah dan PKP menerbitkan faktur pajak serta melaporkannya pada surat pemberitahuan (SPT) masa pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 3A ayat (1) UU PPN. Dengan demikian, dalam faktur pajak nantinya tidak hanya memuat besaran PPN, tetapi juga jumlah PPnBM yang dipungut.

Sementara itu, untuk mekanisme pemungutan PPnBM oleh pemungut dapat dilakukan oleh empat pihak. Pertama, instansi pemerintah. Berdasarkan Pasal 16 Peraturan Menteri Keuangan No. 231/PMK.03/2019 (PMK 231/2019), instansi pemerintah ditunjuk sebagai pemungut PPnBM yang terutang atas penyerahan BKP dan/atau JKP rekanan pemerintah kepada instansi pemerintah. Instansi pemerintah tersebut wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPnBM yang terutang.

Selanjutnya, merujuk pada Pasal 23 PMK 231/2019, instansi pemerintah pusat dan daerah diberikan jangka waktu paling lama tujuh hari setelah tanggal pelaksanaan pembayaran atau pada hari yang sama pelaksanaan pembayaran untuk memotong dan/atau memungut PPN dan/atau PPnBM. Pemotongan dan/atau pemungutan juga dapat dilakukan oleh pemerintah desa paling lama tanggal sepuluh bulan berikutnya setelah pelaksanaan pembayaran.

Baca Juga:
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebagai Batas Pengenaan PPh 21

Kedua, kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan minyak dan gas bumi dan kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang izin usaha panas bumi sebagaimana diatur dalam PMK 73/PMK.03/2010 (PMK 73/2010).

Merujuk Pasal 7 PMK 73/2010, pemungutan PPN dan/atau PPnBM dilakukan paling lama pada saat penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP, penerimaan pembayaran, atau penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan. Kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang izin wajib menyetorkan PPN dan/atau PPnBM yang telah dipungut ke kantor pos/bank persepsi paling lama tanggal 15 bulan berikutnya.

Ketiga, merujuk pada PMK No. 85/PMK.03/2012 s.t.d.t.d. PMK No. 136/PMK.03/2012 (PMK 136/2012), badan usaha milik negara (BUMN) ditunjuk sebagai pemungut PPnBM dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang. BUMN menyetorkan PPnBM yang telah dipungut ke kantor pos/bank persepsi paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.

Keempat, penunjukkan badan usaha tertentu sebagai pemungut PPnBM yang diatur dalam PMK No. 37/PMK.03/2015 (PMK 37/2015). Badan usaha tertentu tersebut meliputi badan usaha milik negara yang dilakukan restrukturisasi oleh pemerintah, badan usaha yang bergerak di bidang pupuk, dan badan usaha tertentu yang dimiliki secara langsung oleh BUMN.*

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Kamis, 30 Januari 2025 | 15:00 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Ada Fasilitas KITE, Menko Airlangga Ingin Daya Saing UMKM Meningkat

Kamis, 30 Januari 2025 | 10:51 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Bangun Sistem Pajak Berkeadilan, Civil Society Perlu Pahami Isu Pajak

Rabu, 29 Januari 2025 | 15:00 WIB KELAS PPH PASAL 21 (5)

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebagai Batas Pengenaan PPh 21

Rabu, 29 Januari 2025 | 09:30 WIB KURS PAJAK 29 JANUARI 2025 - 04 FEBRUARI 2025

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Lanjutkan Rally Pelemahan terhadap Dolar AS

BERITA PILIHAN
Kamis, 30 Januari 2025 | 15:11 WIB KONSULTASI CORETAX

Istri Pilih ‘Hanya Registrasi’ di Coretax, Perlu Lapor SPT Sendiri?

Kamis, 30 Januari 2025 | 15:00 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Ada Fasilitas KITE, Menko Airlangga Ingin Daya Saing UMKM Meningkat

Kamis, 30 Januari 2025 | 14:30 WIB PERATURAN PAJAK

Ketentuan Terbaru Soal Penghapusan Piutang Pajak, Dowload di Sini!

Kamis, 30 Januari 2025 | 13:55 WIB PENG-1/PJ/2025

DJP Perbarui Daftar Negara Tujuan Pertukaran Data Keuangan Otomatis

Kamis, 30 Januari 2025 | 13:45 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Sri Mulyani Harap Makan Bergizi Gratis Beri Dampak Besar ke Ekonomi

Kamis, 30 Januari 2025 | 11:11 WIB INFOGRAFIS PAJAK

9 Jenis Pajak Daerah yang Dipungut Pemkot Tarakan beserta Tarifnya

Kamis, 30 Januari 2025 | 10:51 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Bangun Sistem Pajak Berkeadilan, Civil Society Perlu Pahami Isu Pajak