PANDEMI Covid-19 turut memengaruhi kinerja usaha rantai pendingin. Adapun kinerja rantai pendingin yang berhubungan dengan industri manufaktur sedang terkontraksi. Bisa dibilang kondisinya sejalan dengan perkembangan manufaktur.
Namun, terdapat kelompok rantai pendingin lainnya yang justru mencatatkan kinerja cukup tinggi. Salah satunya kelompok yang berkaitan dengan makanan beku. Kinerja pelaku rantai pendingin yang terlibat dalam distribusi vaksin Covid-19 juga positif.
Kepada DDTCNews, Ketum Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) Hasanuddin Yasni menceritakan berbagai upaya yang dilakukan pengusaha untuk bangkit dari tekanan, termasuk dukungan terhadap program vaksinasi Covid-19 hingga ke pelosok. Berikut petikannya:
Bagaimana kinerja usaha rantai pendingin di tengah pandemi Covid-19?
Cold storage ini kan berbagai stakeholders, mulai dari hulu hingga hilir. Pertumbuhan kinerja masing-masing sektor ada yang positif, ada yang negatif.
Kalau yang negatif itu kebanyakan di sektor manufaktur, seperti membuat instalasi cold storage. Saat ini, permintaan instalasi baru jauh menurun, termasuk untuk kendaraan dengan berpendingin atau cool box yang skala nilai pembuatannya cukup besar.
Namun, ada juga yang positif. Misal, cool box-cool box kecil, terutama untuk vaksin dan frozen food delivery. Kemudian, penyewa cold storage. Rata-rata okupansi biasanya 70-80%. Sekarang bisa 100%. Jadi, ada yang positif, tapi ada juga yang negatif pertumbuhannya.
Apakah pelaku usaha rantai pendingin juga terlibat dalam distribusi vaksin Covid-19?
Iya karena PT Bio Farma Group, termasuk Kimia Farma. Otomatis mereka harus menggenjot infrastrukturnya untuk distribusi vaksin, baik cool box-nya, kendaraan-kendaraannya, hingga ke penyimpanannya di berbagai daerah.
Kami membentuk semacam konsorsium antara anggota potensial dengan grupnya Bio Farma. Lalu, kami buat standar operasional prosedurnya, baik distribusi maupun penyimpanan seperti apa.
Kimia Farma kemudian membuat tambahan-tambahan mini storage di berbagai daerah. Lalu, GPS-nya juga kami lengkapi. Ini karena semua kendaraan berpendingin ada GPS dan pengaturan faktor suhu. Semuanya sudah otomatis.
Di sini, anggota asosiasi terlibat untuk men-support tentang keamanan vaksin meskipun kami sinyalir masih ada 15% kerusakan vaksin, terutama di luar Pulau Jawa. Ini karena berada di tingkat kecamatan dan puskesmas yang memang struktur jalannya kurang baik. Setiap [vaksin yang mengalami] kerusakan pastinya tidak akan dipakai, harus dibuang.
Seperti apa persiapan pelaku usaha dalam distribusi vaksin?
Itu kami monitoring sensornya dengan GPS. Kami sudah lengkapi sehingga terekam data-data secara real time selama perjalanan vaksin, terutama temperaturnya.
Memang ada batasan temperatur tertentu. Kalau nantinya ada [perubahan suhu], otomatis kami tahu dan Kementerian Kesehatan tidak akan memakai vaksin itu. Kami double check untuk monitoring temperatur dengan GPS paket vaksin itu.
Pokoknya, kalau [vaksin] memang rusak, Kementerian Kesehatan sudah tahu bahwa ini enggak bisa dipakai dan berarti harus dibuang.
Bagaimana proyeksi usaha rantai pendingin pada tahun depan?
Kalau yang manufaktur, tahun lalu sempat drop antara 40-60%. Penurunan 60% itu bagi industri manufaktur berukuran middle-down, sedangkan kalau middle up-nya itu bisa 40%. Namun, sekarang ini di semester II, sebenarnya banyak pekerjaan instalasi perusahaan baru yang tertunda karena tidak ada pembatasan aktivitas.
Kami bersyukur masih bisa bergerak bebas. Dari tahun lalu, untuk pengiriman bisa bergerak bebas, seperti pengiriman frozen food atau pengiriman makanan. Ada pula instalasi baru walaupun juga menurun.
Pada semester I tahun ini, kami mulai banyak negosiasi ulang. Namun, tentu saja harga per satuannya negosiasi ulang itu sudah berbeda. Ini karena impor-impor dari bahan bakunya. Walaupun harga bahan bakunya tidak naik, kan biaya transportasinya naik, terutama di per kontainernya.
Kemudian, antrean untuk pelayaran hingga sekarang ini, rata-rata harga per satuan atau per ton-nya sudah meningkat 10%-15%, sehingga harga tahun lalu ditinjau ulang.
Konsumen sebenarnya sudah mengerti adanya sedikit kenaikan harga, tetapi kami bisa menekan di lain-lainnya. Dengan demikian, kami hanya menaikkan harga per satuan ton itu sekitar 5%-10%.
Pada semester II ini, sudah mulai untuk produk perikanan sama peternakan, terutama di perusahaan-perusahaan besar. Mereka sudah mulai bergerilya untuk membuat cold storage baru karena yakin frozen food ini menjanjikan ke depannya.
Ya memang sekarang sudah ada perubahan lifestyle. Orang-orang sekarang cenderung ingin ready to eat atau ready to cook. Pokoknya mereka enggak perlu ke pasar. Jadi, inginnya terima di tempat.
Akhirnya online delivery, baik melalui e-commerce maupun marketplace. Pembayarannya pun sudah mudah melalui aplikasi-aplikasi pembayaran online. Ini menuntut pengadaan cold storage baru. Tidak besar, tetapi bisa mendekati ke konsumen.
Apakah artinya kinerja pada tahun depan akan makin baik?
Kami menargetkan, dari yang tadinya sempat turun 40%-60%, di semester II ini mungkin bisa meningkat sampai 20% secara year-on-year. Namun, untuk tahun depan, target kami bisa pulih seperti semula sebelum pandemi.
Untuk makanan beku prospeknya seperti apa?
Kalau kami lihat dari tahun lalu, order online untuk frozen food naik signifikan sekitar 20%. Tahun ini, kami perkirakan bisa naik 30%. Itulah yang membuat orang sekarang berebut untuk membikin cold storage sebagai hub-hub untuk delivery.
Kami punya banyak perusahaan delivery seperti Paxel, Lalamove, dan NCS. Mereka berebut pasar untuk cold delivery. Memang sih kebanyakan di Pulau Jawa karena jalan atau infrastrukturnya sudah cukup baik. Sebenarnya yang paling dominan, sekitar 75%, ada di Jabodetabek.
Apakah pelaku usaha rantai pendingin turut memanfaatkan insentif pajak?
Iya, yang PPh Pasal 25 bisa ditunda untuk pembayarannya, kami memanfaatkan. Namun, kemudahan yang sangat membantu itu mengenai pergerakan atau pengiriman barang. Ini untuk membuat cold storage atau mengirim barang, frozen food. Kami diprioritaskan.
Kami sebenarnya ingin insentif pajak yang bisa untuk mendukung usaha manufakturnya cold storage. Ini karena manufaktur yang paling terpukul. Namun memang cold storage ini tingkat kandungan dalam negeri atau TKDN-nya masih sangat kecil, 40% saja enggak bisa tercapai.
TKDN kami rata-rata paling 15%-20%. Jadi, insentif pajaknya itu belum bisa kami gapai. Beberapa komponen seperti kompresor atau mesin-mesin pendingin saat ini memang bea masuknya 0%, tetapi tetap saja yang manufaktur ini terkendala karena adanya pembatasan-pembatasan aktivitas.
Kemudian, terkait dengan impor bahan bakunya materialnya seperti poliuretan, kimiawi-kimiawinya, dan steel. Ini karena Krakatau Steel juga turun sekali produksinya sehingga kami terpaksa impor steel-nya.
Kalau kami impor begini kan pajak atau bea masuknya menjadi tinggi. Ini karena sudah ada produksi lokal, sehingga memang ada proteksi kalau impor.
Artinya ini mengenai bea masuk tambahan ketika impor bahan baku?
Iya karena kami impor juga hanya kalau kekurangan suplai. Sebagian besar teman-teman masih bisa menggunakan barang stok-stok yang belum dipakai selama tahun lalu. Dari stok ini juga lumayan besar untuk mengurangi impor.
Mengenai insentif pajak atau bea masuk ini, pernah dibicarakan dengan Kemenperin?
Sepanjang tahun ini, kami sudah beberapa kali [melakukan] FGD (focus group discussion). Sektor cold storage ini memang TKDN-nya jauh lebih kecil dari elektronika atau mesin-mesin lain yang dipakai di lapangan. TKDN mereka sudah di atas 40%. Ini juga yang menjadi PR (pekerjaan rumah). Untuk insentif pajak yang berhubungan dengan standar TKDN masih agak berat.
Bagaimana awal mula Anda berkecimpung pada usaha rantai pendingin?
Sebenarnya saya spesialisasinya di teknologi pangan. Saya dulu banyak berkecimpung langsung di pertanian. Saya pernah ikut proyek di Bontang. Waktu itu ada business unit yang ingin mendirikan proyek pertanian terpadu mulai dari hulu ke hilir. Saya dipercaya Pupuk Kaltim di sana.
Setelah itu, saya pindah di Japfa Comfeed Group. Saya di bagian seafood processing-nya. Mulai dari tambak, menur udang, pakannya, sekalian cold storage-nya. Saya cukup lama malang melintang, sekitar 15-20 tahun.
Kemudian, baru saya ditarik ke asosiasi ini untuk membesarkan asosiasi yang dari kecil sampai sekarang. Alhamdulillah bisa cukup besar dengan 120 anggota middle-up. Kalau dengan UKM-UKM banyak sekali, sudah ribuan.
Saya belajar mulai dari desain dan processing dari Denmark. Kemudian, saya training di Jepang. Dari situlah saya tahu cold storage itu.
Sewaktu di Japfa Comfeed, saya sebagai pionir membuka tambak. Lalu, saya membuka cold storage sehingga saya banyak bersinggungan dengan pajak, Sucofindo, dan laporan keuangan. Saya harus belajar otodidak karena semuanya saya yang mengurus. Dari situ saya mengerti tentang neraca keuangan.
Apakah Anda memiliki cerita menarik ketika berhubungan dengan petugas pajak atau petugas kepabeanan?
Sekarang ini karena pandemi, pengurusan pajak atau Bea Cukai di pelabuhan juga dikurangi. Alhasil, pengurusannya juga memakan waktu lebih panjang. Biasanya sekitar 3 hari selesai, sekarang bisa sepekan atau 2 pekan. Untungnya sekarang sudah ada Pusat Logistik Berikat.
Kalau kami sudah impor, barang sudah datang dan ada pengurusan tanda tangannya di Kementerian Perindustrian. Karena cold storage memang mengubah bentuk, kami bisa simpan di PLB tersebut.
Selama urusan pajaknya oke, cold storage itu bisa dikeluarkan dari PLB. Di sana memang harus ada kegiatan yang mengubah bentuk. Rata-rata cold storage itu kan mengubah bentuk. Impor material nanti menjadi pintu-pintu cold storage, dinding cold storage. Kami fine-fine saja.
Apa arti sukses menurut Anda?
Saya melihat sukses itu kalau bisa membawa industri cold storage memberikan kontribusi kepada semua stakeholders dan masyarakat. Kami melihat Indonesia ini angka stunting masih cukup tinggi. Karena itu, kita sekarang memerlukan buffer stock, yang otomatis memerlukan cold storage yang baik.
Kami ingin ketahanan pangan nasional itu dalam kondisi baik hingga ke pelosok. Tentu, infrastuktur cold storage juga harus dipersiapkan. Kalau Jabodetabek atau Pulau Jawa, sudah sangat baik. Namun, di Indonesia timur, fasilitas buffer stock masih perlu dipersiapkan.
Mengenai cold storage di pelosok juga diperlukan untuk shipment, ekspor. Ketika mau ekspor seperti produk perikanan dari wilayah Timur, kalau storage-nya bagus bisa langsung saja, tidak perlu ke Tanjung Priok dulu.
Oleh karena itu, saya meminta kepada pemerintah agar diadakanlah [cold storage] di beberapa pelabuhan-pelabuhan internasional di sana. Ini karena potensi-potensi ekspor ada yang dari Aceh, Ambon, dan sebagainya.
Dalam jangka pendek, apa yang ingin Anda untuk memajukan usaha rantai pendingin?
Kebetulan saya dipercaya Badan Standardisasi Nasional mewakili Indonesia untuk masuk dalam tim inti dari ISO cold chain logistics. Ada dari beberapa negara. Tim intinya dari Korea, Jepang, China, Prancis, dan Inggris. Yang negara Asean cuma Indonesia, saya sendiri.
Nanti dari ISO itu, kami juga membikin SNI dengan BSN yang berjudul logistik rantai pasok dan distribusi dingin. Saya mengetuai tim SNI untuk komite teknisnya. Kami akan mulai berjalan pada awal 2022.
Nanti, setiap service provider seperti Paxel, Lalamove, NCS, atau yang lain-lain harus terverifikasi oleh auditor. Seperti kalau auditor untuk sistem seperti Sucofindo atau Surveyor Indonesia. Lalu oleh lembaga LSP untuk SDM-nya.
Itu enggak sembarangan orang bisa mengirim cool parcel delivery. Apalagi, konsumen sekarang ini banyak mengeluhkan soal cool parcel delivery di Indonesia. Masih kurang memenuhi keinginan pelanggan sehingga perlu dibenahi.
Sekarang ini semuanya melayani cool parcel delivery. Ada Gosend, Grabfood, atau apa saja. Mereka masing-masing bisa mengirim sendiri, tetapi dia belum punya sertifikat khusus bahwa mereka layak mengirim barang ini, dalam jangka waktu pengiriman sampai kapan, dan jarak tempuhnya berapa. Nanti, semua harus tersertifikasi.
Menurut saya, otomatis Paxel, Lalamove, NCS berebut untuk mengikuti SNI karena akan menjadi branding mereka juga. Kami sudah nyebutnya SNI 5502 tentang logistik rantai pasok dan distribusi dingin. Itu nanti mereka akan punya suatu kebanggaan dan branding kepada konsumen.
Walaupun masih sukarela, sebelum regulasi pemerintah turun, mereka pasti akan melakukannya. Kalau tidak, mereka bisa kalah berkompetisi. (rig)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.