AUSTRALIA

Kalah Lawan Otoritas Pajak, Raksasa Tambang Ini Harus Bayar US$82 Juta

Redaksi DDTCNews | Rabu, 30 Januari 2019 | 11:53 WIB
Kalah Lawan Otoritas Pajak, Raksasa Tambang Ini Harus Bayar US$82 Juta

Ilustrasi. 

CANBERRA, DDTCNews – Otoritas pajak Australia (Australian Taxation Office/ATO) memenangkan kasus pajak melawan raksasa pertambangan BHP Billiton. Atas kemenangan tersebut, BHP Billiton dikenai tagihan pajak US$82 juta (sekitar Rp1,15 triliun).

Kasus pajak BHP Billiton yang digugat oleh ATO ini terkait dengan pusat pemasaran perusahaan di Singapura. Perusahaan tersebut kini mempertimbangkan untuk pengajuan banding atas keputusan Pengadilan Federal karena telah membuatnya harus membayar US$82 juta.

“Kami memiliki 28 hari untuk mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Australia. Saat ini kami masih mengkaji putusan Pengadilan Federal sebelum mengajukan banding,” ungkap BHP dalam keterangan tertulis, Selasa (29/1/2019).

Baca Juga:
Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Tahun lalu, BHP sempat memenangkan kasusnya di Pengadilan Banding Administratif. Tapi kali ini, Pengadilan Federal mendengar banding ATO dan memihak ke otoritas pajak. Kemenangan ini membuat BHP harus menyetor US$82 juta dalam pajak primer untuk tahun 2006 hingga 2015.

Kasus pajak ini disebabkan karena BHP Billiton menggunakan skema dual-listed tax structures. BHP Inggris menjual batu bara ke grup pusat pemasaran di Singapura. Dengan skema dual-listed tax structures, BHP Australia memiliki 58% dari operasi Singapura, sedangkan BHP Inggris memiliki 42%.

BHP sepakat dengan aturan controlled foreign company (CFC) dan harus membayar pajak 58% dari penghasilan yang diterima oleh Australia dari kantor BHP di Singapura.

Baca Juga:
Ramai Lapor ke Otoritas, WP di Negara Ini Muak dengan Tax Evasion

Namun, BHP menentang ATO terkait kewajiban membayar pajak atas penghasilan yang diperoleh Inggris dari penjualan barang-barang di Australia, termasuk batubara Hunter Valley yang dijual melalui Singapura.

Ini bukan pertama kalinya BHP diganjar ATO dengan tagihan pajak terkait pembayaran komoditas ke bisnis pemasaran perusahaan Singapura. BHP diganjar tagihan pajak yang mencakup 11 tahun dengan total $661 juta dalam pajak primer, ditambah bunga dan denda hingga totalnya lebih dari $1 miliar. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Rabu, 16 Oktober 2024 | 10:01 WIB KURS PAJAK 16 OKTOBER 2024 - 22 OKTOBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Berlanjut Melemah terhadap Dolar AS

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN