Akses DDTC News lebih mudah karena semua informasi pajak sekarang ada dalam genggaman Anda.
Akses DDTC News lebih mudah karena semua informasi pajak sekarang ada dalam genggaman Anda.
With less than a month to go before the European Union enacts new consumer privacy laws for its citizens, companies around the world are updating their terms of service agreements to comply.
The European Union’s General Data Protection Regulation (G.D.P.R.) goes into effect on May 25 and is meant to ensure a common set of data rights in the European Union. It requires organizations to notify users as soon as possible of high-risk data breaches that could personally affect them.
WASHINGTON, DDTCNews – Desakan dari berbagai pihak terhadap kandidat presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk segera merilis Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)-nya semakin kuat. Bahkan desakan tersebut datang dari pendukungnya sendiri.
Perwakilan Partai Republik dari Carolina Selatan Mark Sanford membuat sebuah tulisan di koran New York Times hari Minggu (14/8) lalu dengan judul, “Aku Telah Mendukungmu, Donald Trump. Sekarang Rilislah SPT-mu”.
“Dukungan saya kepada Trump sangat dipengaruhi oleh kemauan Trump untuk merilis SPT-nya ke publik, karena sebenarnya sekitar dua tahun lalu, dalam sebuah acara televisi, Trump menyatakan dirinya tidak keberatan jika harus merilis SPT,” katanya dalam koran tersebut.
Selain itu, Mark juga mengatakan tindakan Trump yang keras kepala tersebut akan melukai transparansi dalam proses berdemokrasi di AS, khususnya bagi Partai Republik. Tentu saja karena setiap calon dari Partai Republik sebelumnya telah memublikasikan SPT mereka masing-masing.
“Saya menjadi Gubernur di Carolina Selatan sebanyak dua kali, dan saya selalu merilis SPT saya di masing-masing periode tersebut. Jujur saja, saya tidak menyukai hal ini, namun saya tetap melakukannya karena begitulah tradisinya,” jelas Mark.
Sementara itu, koran New York Times juga memberitakan soal Agen Anti Korupsi Ukraina yang menemukan nama Paul Manafort (ketua kampanye Trump) bekerja sama dengan pemerintah Rusia untuk melakukan investasi di sana.
Terkait hal ini, seperti dilansir The Huffington Post, Trump menampik adanya tudingan bahwa dirinya berinvestasi di Rusia atau hubungan keuangan lainnya dengan negara tersebut. Namun, bagaimana pun juga, pernyataan tersebut sulit dipercaya jika publik tidak punya akses untuk membaca SPT-nya.
Seperti diketahui, hubungan AS dan Rusia sering memanas karena adanya beberapa hal. Persoalan terakhir adalah penolakan pemerintah AS atas ajakan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk bersama-sama memerangi tindakan terorisme. Sikap arogansi AS inilah yang membuat hubungan keduanya terus memanas.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.