JAKARTA, DDTCNews—Covid-19 telah mengubah gaya konsumsi masyarakat dari semula konvensional menjadi serba digital. Kondisi itu pula yang membuat usaha pengiriman barang relatif stabil meski dihantam pagebluk pada tahun lalu.
Namun, kehadiran pandemi itu bukan berarti tak berdampak terhadap bisnis pengiriman barang. Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos, dan Logistik Indonesia (Asperindo) Mohamad Feriadi menilai pandemi membuat tantangan bisnis pengiriman barang semakin besar.
Untuk menggali lebih jauh, DDTCNews mewawancarai Feriadi yang juga CEO PT TIKI Jalur Nugraha Ekakurir (JNE). Dia juga menceritakan perjuangannya dalam mengembangkan JNE yang saat ini sudah berusia 30 tahun, serta isu-isu mengenai perpajakan. Petikannya:
Bagaimana dampak pandemi Covid-19 terhadap kinerja usaha pengiriman barang?
Tahun lalu, kondisi dinamis karena pandemi. Secara umum, bisnis stabil sehingga jumlah kiriman pun dapat dikatakan normal di tengah pandemi Covid-19. Ada penurunan di minggu awal Covid-19 mulai merebak, tetapi tidak signifikan. Setelahnya, kembali normal.
Kebutuhan masyarakat akan layanan jasa pengiriman ternyata tetap ada dan jasa pengiriman dapat terus berjalan dengan lancar ke semua destinasi. Kami juga mendapat pengecualian dari pemerintah untuk tetap beroperasi melalui Surat Rekomendasi Menkominfo tanggal 30 Maret 2020.
Khusus untuk JNE, bagaimana kinerjanya sejauh ini?
Secara umum bisnis JNE stabil. JNE terus melakukan digital transformation di berbagai bidang, mulai dari berbagai hal untuk meningkatkan kinerja internal, sampai dengan pengembangan produk layanan maupun fasilitas untuk customer.
Dari tren yang ada saat ini, basis pengiriman barang yang langsung ke konsumen atau masyarakat (C to C) yang meningkat. Untuk itu, JNE akan terus mengembangkan berbagai hal yang dapat memenuhi kebutuhan pengiriman customer sekarang.
Misal, meningkatkan kualitas produk layanan atau fasilitas seperti COD [cash on delivery], e-payment atau cashless, friendly logistic, dan lain sebagainya.
Apakah pandemi memengaruhi model kerja JNE?
JNE akan tetap buka untuk melayani dan terus memenuhi kebutuhan pengiriman semua pelanggan. Berbagai langkah dijalankan secara internal seperti pelaksanaan work from home bagi karyawan back office di bidang-bidang yang memungkinkan untuk melakukan pekerjaan di rumah.
Bagi karyawan frontliner yang bertemu langsung dengan customer maupun yang menangani setiap proses pengiriman paket, JNE melakukan langkah-langkah yang meliputi pengawasan suhu tubuh seluruh karyawan di kantor pusat, kantor cabang, dan gedung operasional JNE.
Kami menyediakan masker dan cairan pencuci tangan di seluruh fasilitas JNE, terutama untuk karyawan frontliner seperti kurir, petugas sales counter, resepsionis, dan tim keamanan. Karyawan yang demam, batuk, dan pilek diminta tidak bekerja dan diperiksa intensif di fasilitas kesehatan terdekat.
Selain itu, ada juga proses sterilisasi seluruh area kerja dan fasilitas JNE dengan menggunakan cairan desinfektan. Kami menerapkan physical distancing di kantor-kantor cabang JNE, terutama di lift, ruang tunggu customer sampai dengan meja sales counter.
Dalam mematuhi kebijakan pemerintah mengenai pembatasan atau karantina wilayah, JNE berupaya memaksimalkan penggunaan moda transportasi dan pengaturan rute area untuk wilayah atau daerah yang diberlakukan PSBB [Pembatasan Sosial Berskala Besar].
Ada pula kebijakan penutupan suatu wilayah tapi tetap ada jam-jam di mana akses dibuka, maka JNE akan memaksimalkan pengantaran di jam-jam di mana pemerintah setempat membuka akses tersebut sementara waktu.
Bagaimana proses bisnis di tengah pandemi bagi jasa logistik?
JNE tetap beroperasi seperti biasa selayaknya dalam kondisi normal, serta terus memastikan penerapan prosedur protokol kesehatan yang ketat untuk mencegah Covid-19 di area kerja, kantor, sales counter, dan yang lainnya.
Di masa pandemi pun JNE tetap memberikan pelayanan yang prima dengan mengedepankan protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah. Salah satunya dengan kepedulian JNE menggratiskan pengiriman penanganan Covid-19.
Sudah sekitar 100 ton kami kirimkan ke 865 rumah sakit, 450 Puskesmas, serta 1.135 lembaga dan perorangan. Kami juga berkolaborasi dengan Andy F Noya pada Benihbaik.com, Adib Hidayat di Kitabisa.com, BTP Foundation, Yayasan Anne Avantie, dan Mualaf Center Indonesia.
JNE bersyukur dapat turut berkolaborasi dengan berbagai institusi, lembaga, instansi, dan start up untuk mewujudkan langkah yang bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.
Bagaimana prospek usaha jasa pengiriman ke depan?
Sejak booming e-commerce dari 2010, bisnis logistik terus meningkat. Perubahan gaya beli masyarakat yang drastis di masa pandemi dari offline ke online untuk memutus mata rantai Covid-19 menumbuhkan optimisme industri logistik dan tetap menopang perekonomian masyarakat.
Apakah JNE turut memanfaatkan insentif pajak?
Insentif PPh Pasal 21 ini adalah milik karyawan. Dengan insentif pajak karyawan ini, atas potongan kewajiban pajak karyawan dapat dikembalikan kepada karyawan. Tujuannya agar mempertahankan daya beli karyawan di masa pandemi ini.
Lalu, kami memperoleh insentif pajak angsuran atas PPh Pasal 25. Ini merupakan potongan angsuran pajak perusahaan. Jadi insentif ini bermanfaat untuk membantu mengatur arus kas perusahaan selama masa pandemi ini.
Setelah vaksinasi atas Covid-19 sukses dilaksanakan di Tanah Air, insentif pajak masih dibutuhkan dunia usaha, termasuk UMKM. Akan baik sekali jika dilengkapi dengan insentif untuk meningkatkan daya saing dalam menarik investasi.
Bagaimana Anda memandang pelayanan pajak saat ini?
Saat ini pelayanan secara elektronik yang ada telah mempercepat proses kerja administrasi pajak. Namun dalam rangka pelayanan pajak yang prima, pengembangan teknologi harus selalu dilakukan dan tidak boleh berhenti.
Apakah ada pengalaman menarik saat berurusan dengan kantor pajak?
Sejauh ini kami berkomitmen untuk selalu taat pajak dan mematuhi peraturan atau regulasi yang sudah diberlakukan oleh pemerintah.
Bagaimana pandangan Anda mengenai persaingan jasa pengiriman barang di Indonesia saat ini?
Saat ini, JNE fokus untuk mengembangkan bisnis JNE sendiri dengan mengedepankan inovasi yang dapat melancarkan proses bisnis secara keseluruhan.
Terkait dengan persaingan perusahaan logistik lokal, kami tetap bekerja sama dalam naungan Asperindo dengan motto "bersanding namun bersaing", dan tetap menjaga etika bisnis untuk memperlancar dan meningkatkan perekonomian rakyat terutama kemajuan UMKM.
Bagaimana ceritanya Anda bisa terjun di bisnis jasa pengiriman barang?
Sebelum dipercaya memegang tampuk kepemimpinan di JNE, saya memulai langkah dari posisi yang bersentuhan langsung dengan konsumen.
Pengalaman selama bertahun-tahun di posisi yang berkaitan dengan penjualan, pemasaran, dan operasional ini memberikan berbagai pelajaran berharga, sehingga saya dapat memperkirakan hal-hal yang menjadi kebutuhan pelanggan.
Saya bahkan turut merasakan hal yang dirasakan pelanggan ketika menitipkan amanah berupa pengiriman paket kepada JNE. Saya banyak belajar dari pengalaman tersebut, selain dengan latar belakang pendidikan master saya di bidang marketing dari University of Oklahoma, AS.
Selain itu, bagi saya ilmu yang paling berharga justru datang dari organisasi terkecil dalam hidup, yaitu keluarga. Begitu juga dengan orang tua saya yaitu Alm. Soeprapto Soeparno yang banyak memberikan bimbingan, tuntunan dan inspirasi sampai dengan saat ini.
Dalam menjalankan amanah kepemimpinan yang dipercayakan kepada saya, ada prinsip yang terus saya pegang teguh, yaitu berbagi. Makna prinsip tersebut sangat dalam, karena maksud dari kata "berbagi" bukan hanya tentang harta, melainkan juga langkah dan daya upaya atas kerja keras.
Dengan demikian, dapat memberikan manfaat bagi kehidupan banyak orang, baik karyawan maupun masyarakat. Di JNE, hal ini diwujudkan dengan program-program atau acara, baik untuk eksternal maupun untuk internal perusahaan atau karyawan.
Bagaimana arti kesuksesan menurut Anda?
Kesuksesan bagi saya adalah kemampuan membuat perusahaan berkembang dan memberi manfaat kepada orang banyak. Berlimpah materi semata bukan ukuran keberhasilan.
Apa hobi yang biasa Anda tekuni?
Setiap akhir pekan saya dengan komunitas motor gede atau moge bertemu dan membuat berbagai kegiatan. Mulai dari sekadar konvoi hingga memancing bersama.
Selain itu, yang tak kalah penting, melakukan kegiatan sosial yang bermanfaat untuk masyarakat sekitar, seperti memberikan santunan kepada yang membutuhkan dan kegiatan sosial di bulan Ramadan.
Gemar ber-moge tak hanya menyenangkan, tapi juga memungkinkan bersilaturahmi dengan keluarga, teman-teman, dan anggota komunitas. Dengan ber-moge menjadi media membangun bisnis.
Di saat pandemi seperti ini, kami masih bersilaturahmi agar tetap terjalin kebersamaan dan hubungan yang baik dengan seluruh anggota komunitas dengan mengikuti protokol kesehatan seperti memakai masker, jaga jarak dan mencuci tangan untuk menghindari penyebaran Covid-19. (Rig/Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.