Ilustrasi. (wallpaperaccess.com)
PADA suatu sore yang mendung, seorang akuntan yang baru pulang kerja berjalan santai menyusuri pantai. Ia ingin rileks sejenak menikmati sore di keheningan pantai. Tiba-tiba langkahnya terhenti.
Ia melihat seonggok lampu tua di bibir pantai. Akuntan ini kemudian melihat sekeliling. Tidak ada orang. Perlahan, ia mengambil lampu itu, lalu menggosoknya, dan sekonyong-konyong muncul sesosok jin di hadapannya.
“Ha-ha-ha… Aku adalah jin paling sakti di seantero jagat ini. Aku bisa melakukan hal-hal besar. Aku bisa kabulkan permintaanmu, manusia, tetapi ingat, hanya satu permintaan. Sebutkan,” kata jin tersebut tanpa basa-basi.
Berhubung akuntan ini dahulu sempat menjadi aktivis di sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) antikekerasan, ia lalu segera mengeluarkan peta dunia yang selalu ia bawa dari tas punggungnya.
Kemudian ia membuka peta dunia tersebut, dan langsung menunjuk ke wilayah Timur Tengah. “Harapan saya yang terbesar adalah Anda bisa menyelesaikan konflik yang ada di sini,” katanya.
Mendengar permintaan tersebut, Jin pun menatap si akuntan dengan pandangan tak percaya. Ia lalu terdiam, dan mulai membelai janggutnya. Jin ini terlihat berpikir, atau mungkin lebih tepat khawatir.
“Ya Tuhaann..” katanya sambil menatap peta tersebut. “Terus terang itu sulit, kawan. Orang-orang di sana itu telah berjuang selama ribuan tahun, dan tidak ada yang mampu menghasilkan solusi yang efektif,” katanya.
Jin lampu tersebut juga tidak yakin apakah ia bisa melakukan hal yang lebih baik daripada yang sudah dilakukan orang-orang itu. “Mungkin Anda harus membuat permintaan yang lain,” katanya.
“Ohh.. Baiklah kalau begitu,” sahut akuntan tersebut, seraya memasukkan peta dunianya ke dalam tasnya. "Sebentar," katanya sambil berpikir mencoba mengingat-ingat sesuatu.
“Jadi begini, Jin. Pekan lalu Ditjen Pajak meminta saya mendesain ulang formulir surat pemberitahuan milik mereka, supaya semua orang bisa dengan cepat dan mudah memahaminya. Bisakah Anda membantu saya?” katanya.
Jin itu pun terdiam. Kali ini agak lama, ia berjalan melayang ke sana kemari dan berpikir sangat keras, tanpa sempat lagi membelai janggutnya. Kemudian ia berhenti. “Mari kita lihat peta itu lagi,” tukasnya. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.