MALAYSIA

Malaysia Kaji Pengenaan BMAD Atas Produk Plastik Indonesia dan China

Dian Kurniati | Selasa, 13 Agustus 2024 | 10:00 WIB
Malaysia Kaji Pengenaan BMAD Atas Produk Plastik Indonesia dan China

Ilustrasi.

KUALA LUMPUR, DDTCNews - Pemerintah Malaysia mulai mengkaji pengenaan bea masuk antidumping (BMAD) terhadap produk plastik polietilena tereftalat (PET) asal Indonesia dan China.

Kementerian Perdagangan Malaysia menyatakan kajian pengenaan BMAD tersebut didasarkan pada usulan pelaku usaha di dalam negeri. Petisi dari produsen plastik ini diterima pemerintah pada 10 Juli 2024.

"Jika hasil penelitian menunjukkan indikasi positif, pemerintah akan mengenakan bea antidumping sementara pada tingkat yang diperlukan untuk mencegah kerugian lebih lanjut bagi industri dalam negeri," bunyi pernyataan Kemendag, dikutip pada Selasa (13/8/2024).

Baca Juga:
WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Pengenaan BMAD merupakan tambahan dari bea masuk umum (most favoured nation) atau bea masuk berdasarkan perjanjian atau kesepakatan internasional, yang telah dikenakan.

Pemohon menilai terjadi praktik dumping dalam impor PET dari Indonesia dan China. Dalam hal ini, produk impor PET dijual dengan harga yang jauh lebih rendah di Malaysia, ketimbang harga jual di negara asalnya masing-masing.

Dalam aduannya, kelompok produsen plastik juga menyebut impor yang didumping dari Indonesia dan China telah meningkat dalam hal kuantitas absolut sehingga menyebabkan kerugian material bagi pemohon.

Baca Juga:
Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Kementerian Perdagangan menyatakan bahwa temuan awal akan dibuat dalam waktu 120 hari sejak dimulainya penyelidikan.

Selain PET, Kementerian Perdagangan (Kemendag) juga mengumumkan peninjauan terkait dengan perpanjangan pengenaan BMAD atas impor kawat baja pilin untuk beton prategang yang berasal dari China.

Malaysia telah mengenakan BMAD atas barang tersebut berkisar antara 2,09% hingga 21,72%, yang berlaku selama 5 tahun sejak Desember 2021.

Seperti dilansir thestar.com.my, Kemendag telah menerima permintaan kajian perpanjangan BMAD ini dari produsen dalam negeri dengan alasan margin dumping barang dagangan impor telah berubah secara substansial, sesuai dengan peraturan antidumping setempat. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:45 WIB KABINET MERAH PUTIH

Tak Lagi Dikoordinasikan oleh Menko Ekonomi, Kemenkeu Beri Penjelasan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja