PENEGAKAN HUKUM

DJBC Gagalkan Penyelundupan Pakaian Bekas, Pelaku Lompat ke Sungai

Nora Galuh Candra Asmarani | Kamis, 20 Juni 2024 | 18:30 WIB
DJBC Gagalkan Penyelundupan Pakaian Bekas, Pelaku Lompat ke Sungai

Ilustrasi.

TANJUNG BALAI, DDTCNews – Ditjen Bea dan Cukai (DJBC) menggagalkan penyelundupan 150 ballpress berisi pakaian bekas yang diangkut dalam kapal kayu di perairan Sungai Asahan, Sumatera Utara. Seluruh barang ilegal tersebut diduga berasal luar daerah pabean Indonesia.

Kepala Subdirektorat Humas dan Penyuluhan DJBC Encep Dudi Ginanjar mengatakan penindakan itu berawal dari informasi intelijen. Berdasarkan informasi itu, diketahui ada pemasukan barang ilegal berupa ballpress dari luar daerah pabean di sekitar perairan Sungai Asahan.

“Tim segera menindak dan mengamankan barang bukti untuk kebutuhan pemeriksaan. Untuk anak buah kapal (ABK) melarikan diri dengan melompat ke sungai dan masuk ke dalam hutan bakau di perairan Asahan, kami pun sedang menindaklanjutinya,” katanya, dikutip pada Kamis (20/6/2024).

Baca Juga:
DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Sebagai informasi, pakaian bekas masuk dalam daftar barang yang dilarang untuk diimpor. Hal ini dikarenakan impor pakaian bekas mengganggu produsen tekstil dalam negeri, terutama industri kecil dan menengah (IKM), yang terancam tutup atau bangkrut.

Selain itu, larangan impor pakaian bekas juga dimaksudkan untuk melindungi kesehatan masyarakat. Hal ini dikarenakan pakaian bekas dikhawatirkan bisa membawa penyakit yang dapat menular kepada pemakainya.

Encep menambahkan penindakan pakaian bekas kali ini merupakan hasil sinergi antar-Kanwil DJBC, yaitu Kanwil DJBC Sumatera Utara, Kanwil DJBC Kepulauan Riau, DJBC Teluk Nibung, DJBC Belawan, DJBC Kuala Tanjung, dan PSO DJBC Tanjung Balai.

Baca Juga:
Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja

“Penindakan terhadap impor barang ilegal adalah wujud komitmen kami menjaga masyarakat dari risiko yang dapat ditimbulkan,” jelasnya seperti dikutip dari situs web DJBC.

Tambahan informasi, ketentuan larangan impor pakaian bekas tercantum dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) 18/2021 s.t.d.d Permendag 40/2022 yang mengatur tentang barang dilarang ekspor dan barang dilarang impor. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja

Selasa, 22 Oktober 2024 | 11:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Anggota DPR Ini Minta Prabowo Kaji Ulang Kenaikan PPN Jadi 12 Persen

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:45 WIB KABINET MERAH PUTIH

Tak Lagi Dikoordinasikan oleh Menko Ekonomi, Kemenkeu Beri Penjelasan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja